Reporter: Dessy Rosalina |
JAKARTA. Perbankan memperoleh banyak keuntungan dari layanan giro. Bunga yang dibayarkan bank kepada nasabah sangat rendah, sehingga biaya dananya ikut murah. Mengutip data Bank Indonesia per Januari 2012, suku bunga rata-rata giro sebesar 2,17%. Bandingkan dengan bunga deposito enam bulan yang mencapai 6,05%.
Selain itu, bank memperoleh komisi dari transaksi yang dilakukan pemilik rekening. Maklum, nasabah memanfaatkan giro untuk keperluan transaksi.
Memang, dana yang tersimpan di giro menjadi sangat fluktuatif karena digunakan untuk transaksi. Namun, meski bersifat jangka pendek, bukan berarti tidak ada dana yang mengendap. Selain itu, bank bisa menuai keuntungan lain dalam bentuk tambahan customer base dan penawaran jasa perbankan lainnya.
Dengan berbagai keunggulan tersebut, tak heran jika bank berlomba-lomba meningkatkan layanan giro. Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya, termasuk bank yang menjadikan giro sebagai tumpuan dana murah. Sepanjang 2012, jumlah giro BRI mencapai Rp 80 triliun atau naik 16,4%. Pos ini berkontribusi 21% terhadap total dana pihak ketiga (DPK). "Target giro tahun ini naik 20%," ujar Kepala Divisi Dana dan Jasa BRI, Widodo Januarso.
BRI memasang target tinggi lantaran pertumbuhan pos giro tahun lalu paling mini. Tahun 2012, tabungan BRI tumbuh 37,9% menjadi Rp 184,3 triliun. Kemudian, deposito naik 38% menjadi Rp 185 triliun. "Fokus kami saat ini meningkatkan dana murah. Deposito targetnya hanya naik 17%," imbuh Sekretaris Perusahaan BRI, Muhamad Ali.
Bank Central Asia (BCA) juga gencar berburu dana murah. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang, pihaknya terus mengoleksi dana murah berupa giro dan tabungan dari masyarakat pada tahun ini. Pasalnya, komposisi current account saving account (CASA) yang kuat bakal menjadi landasan kokoh bagi pertumbuhan bisnis bank. "Produk giro dibutuhkan untuk mendukung permintaan kredit modal kerja yang tinggi," imbuh Jahja.
Ia pun optimistis, giro BCA tahun ini bisa tumbuh 19% dari tahun lalu yang senilai Rp 96,5 triliun. Sebagai perbandingan, giro BCA tahun 2012 tumbuh 26,9%, lebih tinggi ketimbang pertumbuhan tabungan sebanyak 16,1%.
Bank OCBC NISP juga memperbesar pundi-pundi giro. Tahun lalu, DPK naik 28% menjadi Rp 60,8 triliun. "Kami akan fokus pada segmen bisnis yakni produk giro untuk mengurangi porsi deposito,” kata Direktur Utama OCBC NISP Parwati Surdaudaja.
Bank ini membidik pertumbuhan DPK 30% tahun 2013. Tahun lalu, total giro dan tabungan OCBC NISP berkontribusi Rp 30 triliun atau meningkat 6% dibandingkan perolehan tahun 2011 yang sebesar Rp 28 triliun.
Mendapat tambahan komisi
Dari sisi perolehan komisi, bank mengaku mendapatkan kenaikan pendapatan. Misalnya BCA. Jahja menyebut, bank yang dipimpinnya meraup fee based income pada tahun lalu sekitar Rp 10,8 triliun. Sekitar 60% dari komisi tersebut berasal dari biaya transaksi, biaya administrasi giro dan tabungan. Tahun ini, BCA mematok besaran komisi tersebut naik hingga 15%.
Berdasarkan laporan tahunan 2012, fee based income BRI dari segmen kelembagaan dan korporasi melonjak sebesar 62% mencapai Rp 109,78 miliar. Di segmen kelembagaan dan korporasi ini, layanan cash management system (CMS) BRI menggemukkan dana giro lantaran penggunanya kebanyakan nasabah korporasi. Selama tahun lalu, tercatat ada 108 perusahaan BUMN yang menjadi klien BRI. Jumlah itu setara dengan 24.000 rekening.
Sekadar informasi, nasabah CMS BRI pada tahun 2012 melonjak hampir 100% menjadi 1.472 nasabah. Adapun nilai transaksi mencapai Rp 98,5 triliun. Alhasil, komisi dari CMS meningkat 22,31%, yakni dari Rp 4,49 miliar menjadi Rp 5,49 miliar di akhir 2012. "Target kenaikan fee tahun ini 34,6%," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News