Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Beberapa bank besar berupaya menekan biaya operasional. Mau tidak mau, mereka terus menggenjot efisiensi.
Sejauh ini, upaya efisiensi perbankan mulai membuahkan hasil. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga April 2017, biaya operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) industri perbankan tercatat 79,81%, atau turun dibandingkan setahun lalu di level 82,3%. Angka tersebut juga lebih baik dibanding bulan sebelumnya.
Untuk meningkatkan efisiensi penting bagi bank untuk memanfaatkan teknologi, ujar Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK kepada KONTAN, Senin (19/6).
Efisiensi juga yang menjadi perhatian Bank Rakyat Indonesia (BRI). Salah satunya dengan meningkatkan teknologi dan mendorong pendapatan alternatif berbasis jasa, tutur Suprajarto, Direktur Utama BRI.
Bank spesialis kredit UMKM ini berencana mengefisienkan produktivitas kantor unitnya. Semisal dalam satu area terdapat lima kantor unit, maka kelimanya nanti akan dikelola di bawah koordinasi satu kepala unit. Namun, masing-masing unit tetap punya supervisor, teller dan customer service sendiri.
Dengan cara ini, biaya operasional bisa susut. BRI menargetkan rasio BOPO 71%-72% di akhir tahun ini, dari saat ini sekitar 81%.
Sementara, Achmad Baiquni Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) bilang, BNI akan bersinergi dengan anak usaha untuk menekan biaya operasional. Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI menimpali, sampai akhir 2017, BNI menargetkan rasio BOPO dikisaran 72% alias tak jauh berbeda dengan saat ini.
Sedangkan, Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan dan Treasury Bank Tabungan Negara (BTN) menargetkan rasio BOPO 80% hingga 85% di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
