Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi virus corona (Covid-19) bisnis kartu kredit perbankan kian seret. Meskipun Bank Indonesia (BI) telah memberikan relaksasi berupa penurunan suku bunga kartu kredit, denda keterlambatan hingga minimum pembayaran, rupanya hal tersebut belum banyak membantu pertumbuhan kartu kredit.
Menurut beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/4), penurunan transaksi kartu kredit sejalan dengan diberlakukannya pembatasan aktivitas untuk menekan potensi penyebaran Covid-19. Nah, salah satu sektor yang paling berdampak yaitu transaksi di sektor pariwisata (travel related).
Baca Juga: Bank klaim sudah sosialisasikan penurunan suku bunga kartu kredit ke nasabah
Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menuturkan selain sektor pariwisata, sektor perhotelan juga menurun drastis. Tentunya, berkaitan dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang telah ditetapkan di beberapa wilayah. "Hanya sektor grocery (belanja) saja yang masih bagus," ujar Lani.
Pihaknya juga menyebut, khusus untuk travel related penurunannya sudah lebih dari setengah dalam kondisi normal. Dan secara total, volume transaksi kartu kredit di CIMB Niaga juga sudah turun sekitar 10%-20%.
"Setelah PSBB, toko, mal, juga banyak yang tutup sehingga mayoritas transaksi hanya bergantung pada perbelanjaan saja. E-commerce pun yang non-grocery juga turun," sambungnya.
Melihat dampak Covid-19 yang masih berlanjut, perseroan pun belum dapat mengkaji kapan transaksi bakal naik. "Dampak Covid-19 sangat luar biasa. Semoga segera berlalu," jelasnya.
Baca Juga: Kredit seret, Bank BJB revisi target laba
Senada, SVP Credit Card Group PT Bank Mandiri Tbk Lila Noya mengatakan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia, terutama terhadap sektor konsumtif mulai terasa sejak pertengahan Maret 2020.