kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.584   54,00   0,32%
  • IDX 6.948   115,61   1,69%
  • KOMPAS100 1.006   18,58   1,88%
  • LQ45 780   15,05   1,97%
  • ISSI 221   2,39   1,10%
  • IDX30 405   7,65   1,93%
  • IDXHIDIV20 477   9,48   2,03%
  • IDX80 113   1,82   1,63%
  • IDXV30 116   1,59   1,39%
  • IDXQ30 132   2,92   2,26%

Bankir, Ayo Bangun, Salurkan Kredit!


Kamis, 31 Desember 2009 / 12:21 WIB
Bankir, Ayo Bangun, Salurkan Kredit!


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Syamsul Azhar

JAKARTA. Tahun 2009 telah berlalu. Industri perbankan tak banyak mengukir sejarah yang indah. Penyaluran kredit hingga awal Desember hanya naik 9%. Setelah krisis, para bankir memilih mencari aman dengan menempatkan dana di instrumen keuangan, terutama Sertifikat Bank Indonesia (SBI), ketimbang memberi kredit.

Menjelang 2010, muncul harapan para bankir lebih giat menyalurkan kredit. Di medio Januari nanti, BI akan menyampaikan berbagai kebijakan perbankan dalam acara tahunan, Bankers Dinner.

BI akan menyampaikan rancangan kebijakan baru di bidang perbankan untuk merevisi Arsitektur Indonesia (API). Mulai dari aturan modal hingga menyiapkan beberapa insentif baru untuk mendorong intermediasi perbankan.

BI juga ingin bankir segera menggunting bunga kredit. Salah satu caranya, BI ingin ada standar pembebanan biaya di perbankan. "Kami akan mengecek, net interest margin (NIM) yang besar di bank itu apakah karena banknya tidak efisien atau aturan BI yang bikin bank demikian, atau karena persaingan yang kurang," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah.

Di mata Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti, NIM perbankan Indonesia saat ini yang di kisaran 8% masih sangat tinggi. Yang normal NIM bank itu 4% sampai 5%," kata Destry.

Tapi, bankir menyambut dingin imbauan untuk menurunkan margin bunga. Mereka berdalih, jika inflasi 2010 naik dan bunga acuan ikut naik, otomatis bunga deposito akan naik. "Nah, saat biaya naik, bunga kredit jadi terdorong naik," kata Direktur Keuangan BRI Sudaryanto Sudargo.

Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono juga yakin inflasi mempengaruhi kemampuan nasabah mengansur kredit sehingga risiko macet naik. Gatot Suwondo, Direktur Utama Bank BNI, juga tidak sreg dengan upaya mengatur biaya bank. "Bisa kacau kami jika diatur sampai ke sana. Kami ini pebisnis dan profit oriented. Jangan terlalu diikat," tandasnya.

Direktur Bank Mandiri Bambang Setiawan pun meminta masalah ini diserahkan ke mekanisme pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×