Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti merupakan salah satu sektor bisnis yang tengah dicermati sejumlah perbankan dalam melakukan penyaluran kredit korporasi. Penyebabnya, penjualan properti untuk segmen menengah ke atas masih lesu.
Salah satunya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank pelat merah ini mewaspadai sektor properti karena memang industrinya masih lesu.
Oleh karena itu, perseroan memilih untuk berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru di industri properti yang berkaitan dengan korporasi.
Dalam memberikan kredit ke pengembang, BNI akan memperhatikan siapa di belakang developernya serta prospek proyek yang akan dikembangkan.
Baca Juga: Mewaspadai beban bank BUMN di tengah besarnya kredit afiliasi
"Sektor ini memang tidak bisa disamakan. Pasti ada yang bagus juga. Jadi kami tetap terbuka hanya memilih lebih selektif." ujar Bob Tyasika Ananta, Direktur Manajemen Risiko BNI yang baru saja bergeser jadi Direktur Tresuri dan Internasional pada Kontan.co.id, Senin (2/9).
Hanya saja, Bob tidak menyebutkan berapa total oustanding kredit BNI untuk korporasi di sektor properti saat ini. Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga turut mencermati sektor properti dalam penyaluran kredit investasi maupun modal kerja.
Meski begitu, penyaluran kredit BCA di sektor ini masih tumbuh dua digit hingga Juli secara tahunan. Itu terutama berasal dari kenaikan kredit investasi.
"Strategi kami dalam salurkan kredit adalah fokus ke nasabah berkualitas dan melakukan manajemen risiko yang ketat. Ke depan, BCA akan terus mencermati kebutuhan kredit, terutama untuk top player di masing-masing sektor," kata Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA.
Sementara, PT Bank Mandiri Tbk memilih cenderung netral dalam melakukan pembiayaan ke developer. Rohan Hapas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan, pihaknya cenderung selektif dalam menyalurkan kredit ke sektor properti untuk tujuan investasi.
Baca Juga: Beban Risiko Kredit Perbankan Semakin Berat premium