Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kualitas aset perbankan mengalami penurunan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank mengalami kenaikan pada Mei 2019 dibanding bulan sebelumnya dan juga dari periode Maret. Padahal pertumbuhan penyaluran kredit masih cenderung stagnan.
NPL Gross perbankan per Mei tercatat sebesar 2,61% atau meningkat tipis dari April sebesar 2,57% dan NPL net di level 1,18% atau naik dari 1,15%. Sedangkan NPL gross di Maret 2,51% dan NPL net 1,12%.
Kenaikan NPL salah satunya dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Meski begitu, posisi kredit bermasalah bank pelat merah ini masih dalam range target perseroan.
"NPL Mei naik sedikit tetapi masih terkendali dalam range target tahun ini yakni tidak lebih dari 2%," kata Bob Tyasika Ananta, Direktur Managemen Resiko BNI pada Kontan.co.id, Jumat (30/6).
Bob bilang, pihaknya masih mampu menjaga kualitas kredit dengan NPL tidak melebihi 2% di tengah keberhasilan perseroan menorehkan pertumbuhan penyaluran kredit dua digit. Tahun ini, anggota indeks Kompas100 ini, mematok pertumbuhan kredit sekitar 13%-15%.
Dalam melakukan penyaluran kredit, Bank BNI fokus pada bisnis korporasi dengan kualitas baik baik BUMN maupun swasta, lalu pada sektor menengah kecil yang mempunyai keunggulan kompetitif pada wilayahnya, serta kredit konsumsi.
Sementara juga menjaga rasio NPL, perseroan akan melakukan pendekatan risk management.
Sementara PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih justru berhasil mencatatkan perbaikan kualitas kredit. NPL gross anggota indeks Kompas100 ini pada Mei 2019 ada di level 2,69%, turun dari posisi Maret yang tercatat 2,73%. Adapun NPL net perseroan naik turun sedikit menjadi 0,73% dari 0,74%.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, penyumbang terbesar kredit bermasalah perseroan per Mei masih dari sektor komersial diantaranya Industri plastik dan serat buatan, jasa pertambangan, industri dan perdagangan besar logam.
"Namun, NPL sektor ini sudah menunjukkan perbaikan setahun terakhir," ungkapnya.
Guna menekan NPL ke depan, Bank Mandiri menerapkan beberapa strategi antara lain dengan melakukan monitoring ketat pada debitur yang masuk dalam kategori watchlist dan mengambil tindakan restrukturisasi awal. Perseroan juga mengarahkan pertumbuhan kredit pada segmen konsumer dan mikro yang memiliki prospek bagus dengan risiko yang bisa diprediksi.
Selain itu, lanjut Siddik, dalam mendapatkan debitur baru, Bank Mandiri akan melakukan pengelolaan portofolio dengan melihat pada sektor industri yang prospektif dan resiko calon nasabah. Adapun sektor-sektor yang dihindari perseroan dalam pemberian kredit jasa transportasi air terkait komoditas dan sektor industri tekstil & produk tekstil.
Lani Darmawan, Direktur Konsumer PT CIMB Niaga Tbk menyebutkan kualitas portofolio perseroan di sektor ritel tercatat masih cukup sehat dengan NPL yang terus membaik. Hanya saja, dia tidak bisa menyampaikan kondisi kualitas aset seluruh portofolio bisnis CIMB Niaga.
Guna menekan kredit bermasalah di sektor ritel, CIMB Niaga menerapkan sistem collection terbaru yang mencakup sumber daya manusia yang berkualitas, kapasitas perencanaan yang memadai, dan proses credit underwriting yang bagus. "Di ritel kami sudah memggunakan score card," ujar Lani.
Sedangkan rasio kredit bermasalah PT Bank Mayapada Tbk per Mei masih cukup stagnan dibandingkan dengan kuartal I 2019 dimana NPL hampir merata di semua sektor sehingga tidak ada yang sektor yang mendominasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News