Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan baru terkait kewajiban menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) berhasil memberi dampak pada likuiditas valuta asing (valas) bank. Meski demikian, tampaknya aturan ini belum cukup mendongkrak simpanan valas bank.
Sebagai informasi, sejak 1 Maret 2025 pemerintah menerapkan aturan baru untuk menyimpan DHE SDA sebesar minimal 100% selama 12 bulan di instrumen keuangan domestik.
Namun bila mengutip data Bank Indonesia (BI) per Mei 2025, simpanan valas perbankan Tanah Air hanya tumbuh 0,3% secara tahunan (YoY) sebesar 1.345,8 triliun, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mampu tumbuh 4,6% YoY.
Deposito berjangka tampak mengalami koreksi paling dalam dari pertumbuhan 11,2% YoY menjadi 4,1% YoY.
Menurut Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, hal ini disebabkan daya tarik bunga deposito valas domestik yang kurang menarik.
“Bunga valas di Indonesia kurang menarik atau hampir sama dengan bunga di luar negeri sehingga deposan valas lebih memilih menaruh dananya di luar negeri,” ujar Trioksa kepada Kontan, Minggu (29/6).
Baca Juga: Kebijakan Baru DHE SDA Bikin DPK Valas Perbankan Makin Mengembang
Melihat selisih bunga yang tipis ini, Trioksa memproyeksikan pertumbuhan valas akan fluktuatif dengan kecenderungan untuk menurun.
“Bank harus memperketat penyaluran kredit valas atau penyaluran kredit valas diperuntukkan bagi debitur yang memiliki underlying transaksi valas dan memperbesar produk dan layanan valas yang menarik,” sarannya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk M. Ashidiq Iswara menilai, ada perubahan cara eksportir dalam mengelola dana DHE SDA. Mereka cenderung mengonversi langsung dananya ke Rupiah alih-alih ke instrumen valas seperti rekening khusus DHE valas, deposito valas, atau term deposit valas BI.
Hal ini akibat adanya tambahan aturan dalam kebijakan DHE SDA yang memungkinkan eksportir menggunakan dananya untuk keperluan operasional perusahaan dalam mata uang Rupiah. Ini tetap dihitung BI sebagai faktor pengurangan kewajiban retensi dana DHE SDA.
Padahal sebelum ada beleid ini, lanjut Ossy, eksportir kerap memanfaatkan DHE SDA melalui kredit maupun FX Swap untuk memperoleh Rupiah.
Kendati demikian, Bank Mandiri masih membukukan kenaikan valas sebesar 22% YoY di kuartal l 2025.
Baca Juga: Peningkatan Realisasi DHE SDA Maret-April 2025 Belum Berdampak pada Rupiah
“Likuiditas valas Bank Mandiri selama tahun 2025 terjaga dengan baik, ditunjang dengan pertumbuhan DPK valas sepanjang tahun 2025 yang menunjukkan pertumbuhan yang positif,” terang Ossy.
Bank Mandiri sendiri menyediakan layanan pembukaan rekening khusus DHE SDA maupun rekening operasional, layanan transfer valas, dan solusi trade untuk kebutuhan advising maupun financing atas transaksi ekspor yang dapat diakses melalui aplikasi Kopra by Mandiri.
“Ke depan, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus mendukung kebijakan pemerintah dalam mengoptimalkan devisa hasil ekspor demi menjaga stabilitas perekonomian nasional,” kata Ossy.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn juga bilang likuiditas valas BCA dalam posisi memadai. Hal ini menurutnya sejalan dengan proyeksi pertumbuhan valas dan pergerakan nilai tukar Rupiah yang positif.
Di kuartal l 2025, sebut Hera, valas BCA tumbuh 17% YoY mencapai Rp 77,9 triiliun.
Ke depan, BCA berharap volume transaksi term deposit valas DHE SDA dapat tumbuh positif, mengingat besarnya potensi industri berorientasi ekspor di Indonesia.
“Selain itu, kami melihat insentif yang disediakan pemerintah dan regulator mendukung implementasi penempatan DHE di dalam negeri lebih optimal,” terang Hera.
Baca Juga: DPK Valas Perbankan per Maret 2025 Tumbuh Pasca Kebijakan DHE SDA Mulai Berlaku
Selanjutnya: Rupiah Berpotensi Menguat pada Awal Pekan, Ini Pendorongnya
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 30 Juni-1 Juli, Provinsi Ini Siaga Hujan Sangat Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News