Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan optimistis bisa meraih pertumbuhan laba pada kuartal I 2022 setelah berhasil torehkan kinerja positif tahun lalu. Proyeksi pertumbuhan itu akan ditopang oleh penyaluran kredit.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) misalnya, menargetkan pertumbuhan laba hingga double digit tahun ini. Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi yakin bisa mencapai target yang dibarengi pertumbuhan kredit di kisaran 8% - 9% pada 2022.
"Dengan bisnis yg tumbuh positif, ditambah fee based income juga meningkat dari transaksi e-channel. Kami optimis laba tumbuh positif baik di kuartal I 2022 maupun sampai dengan akhir tahun," kata Yuddy, Senin (18/4).
Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan mempertahankan segmen debitur berpenghasilan tetap seperti Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai captive market kredit konsumsi.
Baca Juga: Bank Sumsel Babel Bidik Pertumbuhan Laba 9% di 2022
Di samping itu, pertumbuhan kredit produktif diperkirakan akan lebih tinggi karena permintaannya akan lebih dulu pulih dibandingkan konsumsi masyarakat. Permintaan kredit dari UMKM, Korporasi, dan KPR secara persentase juga cukup besar pada awal tahun.
Tak berbeda, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan laba tahun ini. Salah satunya ditopang pertumbuhan penyaluran kredit di sektor UMKM.
Sekretaris Perusahaan Bank BRI, Aestika Oryza Gunarto mengatakan, pertumbuhan laba sejalan dengan dengan membaiknya kondisi ekonomi sehingga perbankan makin siap menghadapi tantangan tahun ini.
"Untuk kuartal I 2022 kami proyeksikan laba BRI lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," kata Aestika.
Baca Juga: Bank Banten (BEKS) Tekan Rugi Bersih Menjadi Rp 265,18 Miliar di 2021
Menurut Aestika, penopang utama kinerja BRI masih pada penyaluran kredit UMKM, khususnya kredit mikro. Selain itu, perseroan juga mampu untuk terus menekan biaya dana sehingga mampu menurunkan beban bunga.
Namun tahun ini masih tahap pemulihan ekonomi, sehingga fokus untuk menjaga pencadangan dan kinerja yang berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi tantangan ekonomi akibat Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih.