kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bankir sepakat untuk mulai mengurangi ketergantungan pada deposito


Rabu, 23 Oktober 2019 / 14:19 WIB
Bankir sepakat untuk mulai mengurangi ketergantungan pada deposito
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di teller Bank BCA Tangerang Selatan, Senin (1/7). OJK mencatat per Agustus 2019 mencatat total deposito masih tumbuh sebesar 7,85% menjadi sebesar Rp 2.628,31 triliun./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/07/2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan kuartal III 2019, perbankan masih mencatatkan pertumbuhan deposito kendati kondisi di pasar relatif ketat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Agustus 2019 mencatat total deposito masih tumbuh sebesar 7,85% secara year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 2.628,31 triliun.

Angka tersebut mewakili sekitar 45,23% dari total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 5.811,58 triliun pada periode Agustus 2019. Kendati hanya tumbuh satu digit, faktanya deposito tumbuh lebih tinggi dibandingkan dana murah (current account and saving account/CASA) yang hanya naik 6,45% secara tahunan.

Baca Juga: Diversifikasi dana jangka panjang, Bank Mantap terbitkan obligasi Rp 1 triliun

Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengamini bahwa peningkatan deposito yang lebih tinggi diperuntukkan sebagai sumber pendanaan kredit sekaligus untuk mendiversifikasi dana jangka panjang.

Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang menyebut deposito berhasil tumbuh 11%-13% secara yoy per September 2019. Sedangkan CASA tumbuh lebih pelan yakni di kisaran 8%-9%. Direktur BCA Santoso Liem menjelaskan hal tersebut disebabkan oleh masih kecilnya dominasi deposito di struktur DPK perusahaan.

"Deposito terhadap total DPK kami di kisaran 22%. Sedangkan CASA rata-rata selalu di kisaran 76%-78%," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/10). Ia juga menjelaskan, pihaknya memang tidak memiliki target spesifik terkait penggalangan dana deposito.

Lagipula, hampir seluruh dana tersebut berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh BCA. Tercermin dari posisi loan to deposit ratio (LDR) yang stabil di bawah 80%. Alhasil, sampai dengan saat ini BCA mengaku belum memiliki urgensi untuk menggalang dana lebih besar seperti penerbitan surat utang untuk memenuhi permintaan kredit.

"Porsi deposito bagi kami untuk balancing, terutama menjaga asset management BCA," terangnya.

Baca Juga: Ini bank-bank yang menawarkan bunga deposito paling tinggi

Sampai akhir tahun ini, bank swasta terbesar ini juga tak mematok pertumbuhan DPK tinggi yakni di kisaran 8%-9% saja.

Senada, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga menyatakan posisi CASA masih mendominasi struktur pendanaan perusahaan alias 62%-65% dari total DPK. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyebut kalaupun ada kebutuhan kredit yang membutuhkan dana besar pihaknya tetap bisa menggali deposito maupun opsi pendanaan non konvensional.

"Dana non konvensional kami memang selalu dijaga sekitar 15%-20% dari total keseluruhan dana," terangnya, Selasa (23/10). Bank berlogo 46 ini pun mengaku tak lagi tertarik bersaing memperebutkan deposito lantaran tengah fokus meningkatkan porsi CASA di atas 62%.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×