Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Adapun, target DPK BNI sampai akhir tahun ini dipatok naik 12%-14% secara yoy. Sekadar informasi saja, sampai dengan Agustus 2019 lalu total deposito BNI memang tumbuh kecil yakni 4,61% secara yoy dari Rp 190,01 triliun menjadi Rp 198,78 triliun.
Setali tiga uang, salah satu bank yang mengandalkan deposito sebagai sumber pendanaan yakni PT Bank OCBC NISP Tbk juga menyatakan rencana pengurangan porsi deposito.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja secara tegas menyebut porsi deposito per September 2019 hanya berkisar 60% saja. Jumlah tersebut sudah menurun dari periode setahun sebelumnya yang ada di kisaran 63%-64%.
"Target kami sampai akhir tahun juga di kisaran 60% saja," tuturnya. Lebih lanjut, bank bersandi saham NISP ini menambahkan pihaknya juga tidak mengejar pertumbuhan deposito, bahkan Parwati meyakini deposito akan tumbuh flat di akhir tahun. Tentunya hal ini dilakukan untuk menjaga biaya dana alias cost of fund (CoF).
Baca Juga: Ada tambahan dari ekspansi fiskal, LPS meramal likuiditas perbankan akan melonggar
Lagipula, jika pihaknya masih membutuhkan dana mahal, perseroan masih memiliki opsi penerbitan obligasi yang jatahnya mencapai Rp 7 triliun di tahun ini.
Di sisi lain, bank kecil seperti PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) tak menampik kalau pihaknya masih mengandalkan dana mahal sebagai penopang kebutuhan kredit. Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso menjelaskan selain deposito perseroan juga tengah melakukan diversifikasi pendanaan seperti penerbitan surat utang.
Terbaru, perseroan berencana menerbitkan Penawaran Umum Terbatas (PUB) Tahap I 2019 sebesar Rp 1 triliun di tahun ini. "Kami punya jatah Rp 4 triliun untuk dua tahun, mungkin tahun depan kami lanjut lagi di kuartal I atau kuartal II," terangnya.
Adapun, sampai dengan akhir tahun ini perseroan menargetkan dana pihak ketiga (DPK) bisa tumbuh 24%-25% secara yoy menjadi Rp 19 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News