Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga yang terus melandai seiring dengan menyusutnya bunga acuan Bank Indonesia (BI) membuat biaya dana perbankan diprediksi melandai.
Menurut data survei perbankan Indonesia yang dirilis bank sentral, posisi biaya dana alias Cost of Fund (CoF) di kuartal I 2021 sudah turun menjadi 4,24%.
Realisasi itu jauh lebih baik dibandingkan posisi di kuartal I 2020 lalu yang sempat menembus 5,60%. Bahkan menjadi yang terendah dalam beberapa tahun terakhir. Bagaimana tidak, data BI mencatat per Februari 2021 rata-rata tingkat bunga deposito perbankan sudah ada di level 3,88%. Turun sedikitnya 1% dari periode setahun lalu.
Baca Juga: Pendapatan bunga naik, laba BTN ikut terkerek pada awal tahun 2021
Apalagi, kredit di bulan Maret 2021 masih terkontraksi sebesar -4,31% secara year on year (yoy). Sementara tingkat dana pihak ketiga (DPK) perbankan tetap tumbuh 9,2% secara yoy.
Di samping itu, hampir sebagian bank kini berlomba untuk meningkatkan dana murah atau current account and saving account (CASA). Tercatat hingga Februari 2021 rasio CASA perbankan ada di level 51,1% dengan total nilai mencapai Rp 3.721,6 triliun.
Melihat fakta-fakta tersebut, BI dalam surveinya pun meyakini di kuartal II 2021 tingkat CoF masih bisa menurun di level 4,37%. Jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi di kuartal I 2021 yang kala itu mencapai 4,71%.
Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id sepakat kalau posisi biaya dana kian menciut. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya mengatakan di kuartal I 2021, posisi CoF telah melandai ke level 3,67% dari 5,28% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Outstanding restrukturisasi kredit BTN capai Rp 58,9 triliun hingga Maret
Direktur Distribution & Retail Funding BTN Jasmin mengatakan, penurunan tersebut sejalan dengan penurunan suku bunga acuan dan pengelolaan likuiditas yang terjaga baik.
"Strategi kita menurunkan biaya dana tahun ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) dari tabungan," kata Jasmin dalam paparan kinerja BTN kuartal I 2021, Kamis (22/4).
Di samping itu, pada kuartal pertama tahun ini BTN mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 33,01% yoy menjadi Rp 294,91 triliun. Tabungan tercatat tumbuh 4,29%, giro 33,91% dan deposito tumbuh sebesar 41,44%.
Jasmin mengatakan, tabungan masih tumbuh kecil karena perseroan masih membenahi struktur pendanaan tersebut dan membenahi produk-produk untuk mendorong pergeseran dari dana mahal ke dana murah.
Tahun lalu, BTN memiliki produk tabungan mahal yakni Tabungan Prima dengan bunga lebih tinggi. Tahun ini, BTN mencoba mengganti produk ini dengan produk baru yakni Tabungan Investa dengan bunga yang lebih rendah.
Tabungan Investa ini telah diluncurkan pada 23 Februari 2021. Hingga Maret, BTN sudah berhasil mengumpulkan dana Rp 3,6 triliun dari produk itu. "Pelan-pelan kami akan menargetkan Rp 18 triliun dari produk ini sampai akhir tahun untuk menggantikan tabungan prima," kata Jasmin.
BTN juga akan meluncurkan tabungan bisnis pada Juli mendatang khusus bagi para pelaku usaha. Oleh karena itu, akan ada tiga produk yang akan jadi andalan perseroan mendorong peningkatan tabungan yakni BTN Batara, BTN Investa, dan Tabungan bisnis.
Begitu pula di PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Dalam paparan kinerjanya, bank swasta terbesar di Indonesia itu membukukan CoF di level 1,16% per Maret 2021. Posisi tersebut turun 54 basis poin (bps) secara tahunan dan menjadi level terendah dalam satu tahun terakhir.
Baca Juga: Mendekati batas waktu Mei, restrukturisasi Jiwasraya belum capai 100%, ini sebabnya
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan sejauh ini laju pertumbuhan dana masih cukup masif. Pihaknya mencatat, hingga kuartal I 2020 CASA meningkat sebesar 15,4% yoy mencapai Rp 655,8 triliun, berkontribusi bagi kenaikan total dana pihak ketiga yang sebesar 14,6% yoy menjadi Rp 849,4 triliun.
Sementara itu, deposito berjangka meningkat 12,2% yoy menjadi Rp 193,6 triliun. Tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya franchise bisnis perbankan transaksi sebagai hasil pengembangan solusi digital secara konsisten, telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank.
Adapun, CASA berkontribusi sebesar 77,2% dari total DPK bank bersandi bursa BBCA tersebut. "CoF memang setiap saat bisa naik atau turun, dan itu tergantung dari kebijakan bunga acuan BI (BI 7-day reverse repo rate/7DRR)," kata Jahja.
Menariknya, penurunan biaya dana tidak hanya terjadi di bank besar saja. Bank kecil menengah seperti PT BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) pun mengalami hal serupa. Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar membeberkan posisi CoF perseroan di kuartal I 2021 ada di level 3,51%.
Walau tidak menjabarkan secara rinci, Syahdan bilang posisi itu sejatinya sudah turun signifikan. Ke depan, sejalan dengan tren menurunnya suku bunga acuan maka tingkat CoF sejatinya masih bisa ditekan. "Selain itu Bank Sumut saat ini juga gencar memburu dana murah tabungan dengan peningkatan produk dan layanan," pungkasnya.
Selanjutnya: Pandemi dan e-commerce bikin transaksi mobile banking dan fintech payment melesat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News