kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

BARa: Implementasi Sertifikasi Risk Management Masih Sarat Kelemahan


Selasa, 27 Oktober 2009 / 08:18 WIB
BARa: Implementasi Sertifikasi Risk Management Masih Sarat Kelemahan


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Pengurus Asosiasi Pengelola Risiko Bank atau Bankir Asociation for Risk Management (BARa) mengkritik implementasi sertifikasi risk management. Sentot A. Sentausa, Ketua Dewan Eksekutif BARa menilai, penerapan Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai Sertifikasi Manajemen Risiko yang diluncurkan Juli lalu, mengandung tiga kelemahan.

Pertama, sertifikasi manajemen risiko tidak sesuai dengan kebutuhan perbankan. Dalam penilaian Sentot, tujuan sertifikasi, yakni meningkatkan skill, knowledge dan attitude bankir tidak tercapai. "Sertifikasi yang berjalan hanya tes pengetahuan saja," ujarnya, Senin (26/10).

Kedua, coverage atau cakupan sertifikasi terlalu luas. Sentot mencontohkan, seorang kepala cabang tidak harus mendapat sertifikasi risk management yang sangat lengkap. "Meski PBI mengenai sertifikasi manajemen risiko sudah direvisi, BI masih mengisyaratkan agar beberapa level risk taking unit di bank masih harus lolos sertifikasi," katanya.

Ketiga, soal penyesuaian sertifikasi dengan masing-masing bidang kompetensi. Menurut Sentot, dari delapan kompetensi yang diatur dalam PBI, masing-masing bidang perlu mendapat modul manajemen risiko yang berbeda satu sama lain.

Maksudnya, mereka tidak harus mendapat seluruh modul. "Misalnya orang treasury akan mendapat modul market risk, sedangkan orang cabang akan mendapat modul operasional risk," kata Sentot.

Sentot berharap, delapan kompetensi yang diatur dalam PBI benar-benar menjadi standar nasional. "Orang-orang perbankan mesti sadar, untuk menduduki posisi tertentu, mereka harus mendapat sertifikasi," katanya.

BARa, imbuh Sentot juga meminta BI benar-benar menjadi quality assurance, sebegai supervisor yang mengawasi perbankan nasional. "Supaya ada proses check and balance," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×