Reporter: Steffi Indrajana | Editor: Test Test
JAKARTA. Pembentukan biro kredit yang dikelola swasta alias Biro Kredit Nasional (BKN) tampaknya masih harus menunggu. Soalnya, sampai saat ini, ternyata baru perbankan yang siap menyumbang data ke sistem informasi itu. Padahal, BKN ini rencananya berisi data-data tidak saja perbankan, tapi juga asuransi dan multifinance.
"Yang sudah siap hanya perbankan. Data-datanya kan tinggal mengambil dari Sistem Informasi Debitur (SID) yang dimiliki Bank Indonesia (BI)," ujar Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono, Rabu (14/7).
Menurutnya, salah satu kendala pembentukan adalah pengumpulan data-data asuransi dan multifinance. Makanya, Sigit belum bisa memastikan kapan BKN siap beroperasi. "Yah, kita belum tahu kapan. Masih terus diusahakan," ungkap Sigit.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kornelius Simanjutak bilang, asuransi memang belum mempunyai pusat data. "Justru dengan biro kredit kami berharap bisa membangun pusat data nasional," harapnya.
Kornelius juga mengaku belum mengetahui perkembangan BKN. "Sampai sekarang kami belum ada gambaran ini. Kan yang memotori Perbanas, saya tidak punya ide mengenai ini," jelasnya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia menegaskan, tidak ada masalah dengan data multifinance. "Data-data yang join financing dengan bank sudah dilaporkan ke BI. Jadi data di SID juga ada data dari multifinance," jelasnya.
Wiwie berharap BKN bisa segera bisa beroperasi. Makanya, dia agak kecewa karena saat ini prosesnya masih dalam pembahasan. Pembentukan BKN memang dipelopori Perbanas untuk mampu memberi informasi lengkap, tepat, dan mudah diakses. Data yang tersedia mulai dari kepemilikan fasilitas kredit, tagihan telepon dan listrik, sampai ketepatan pembayaran premi asuransi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News