Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Jabar Banten (BJB) mengakui kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di akhir tahun ini bakal menurunkan kemampuan bayar angsuran debiturnya. Walaupun demikian, Bank Pembangunan Daerah (BPD) asal Jawa Barat dan Banten ini optimis kondisi ini tidak menghambat upaya perseroan dalam menurunkan rasio kredit bermasalahnya atau Non Performing Loan (NPL).
Agus Mulyana, Sekretaris Perusahaan BJB mengatakan, ketika terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juli 2013, terjadi kenaikan inflasi. Kondisi ini menurunkan kemampuan bayar angsuran kredit para debitur di BJB. “Oleh sebab itu, kami akan melakukan edukasi kepada nasabah kami bahwa membayar angsuran kredit pada kami sama pentingnya dengan membayar kebutuhan primer yang lain,” kata Agus pada KONTAN, Kamis (6/11).
Agus menampik kekhawatiran kenaikan BBM bersubsidi yang kemungkinan dilakukan pemerintah pada November ini akan mendongkrak tingkat NPL di BJB.
Bahkan Agus optimis BJB dapat menurunkan tingkat NPL menjadi 3,10% di akhir tahun ini. “Makanya kami tetap berusaha melakukan penagihan angsuran secara intensif. Termasuk restrukturisasi dan penjualan agunan,” pungkas Agus.
Berdasarkan laporan keuangan per September 2014, NPL BJB memang meningkat dari 2,46% per September 2013 menjadi 4,14% per September 2014. Target NPL BJB tahun ini juga tetap lebih tinggi dibanding tingkat NPL di akhir tahun lalu yang sebesar 2,83%.
Adapun volume penyaluran kredit BJB hingga kuartal III 2014 mencapai Rp 48,98 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News