Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sebagai institusi perbankan yang menangani hampir 100 juta transaksi per hari dari lebih dari 41 juta nasabah, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) senantiasa berkomitmen menjaga setiap transaksi keuangan tetap aman.
Di tengah lanskap digital yang terus berkembang, dibutuhkan keamanan siber yang kokoh dan adaptif. Komitmen ini diwujudkan BCA melalui pendekatan komprehensif yang mencakup tiga aspek utama: people, process, and technology.
Meski berbagai upaya penguatan keamanan terus dilakukan, ancaman siber juga semakin berkembang dengan pola serangan yang lebih kompleks.
Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA David Formula membeberkan bahwa tren kejahatan siber bertumbuh pesat seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap konektivitas digital, terutama setelah pandemi.
Lebih lanjut, David juga menguraikan empat jenis kejahatan siber yang saat ini mendominasi lanskap keamanan digital. Pertama, ransomware yang mengenkripsi data korban dan meminta tebusan agar data dapat diakses kembali.
Baca Juga: Kredit UMKM BCA Masih Tumbuh Kencang, Ini Rahasianya
Kedua, serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang berupaya melumpuhkan sistem dengan membanjiri server dengan lalu lintas berlebih. Ketiga, social engineering, termasuk phishing, yang menargetkan nasabah dengan modus penipuan untuk mendapatkan informasi pribadi.
"Terakhir, malware yang disebarkan melalui tautan atau aplikasi tidak resmi dan dapat mengambil alih akun nasabah,” ungkap David, Selasa (25/2).
Menjawab tantangan ini, BCA menerapkan strategi berbasis people, process and technology. Dari sisi people, BCA memiliki tim ahli yang dedicated melakukan pemantauan sistem selama 24/7 dan menganalisis pola serangan untuk mencegah serta merespons ancaman secara proaktif.
Dari sisi proces, BCA mengadopsi standar keamanan ketat yang mengacu pada regulasi nasional, standar internasional seperti ISO dan NIST, serta best practice dari berbagai negara. Sementara dari sisi technology, BCA mengimplementasikan sistem keamanan canggih, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
BCA juga mengedepankan sikap kolaboratif, yakni berkontribusi dalam memperkuat ketahanan industri dengan berbagi data terkait pelanggaran keamanan terbaru kepada regulator, termasuk daftar IP berbahaya, guna memperingatkan bank lain terhadap potensi ancaman siber.
Hal ini mencerminkan upaya kolektif yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh pihak demi memberantas serangan siber dan menciptakan ekosistem digital yang lebih aman.
Baca Juga: BCA Ungkap 3 Penopang Pertumbuhan Transaksi myBCA
Tak hanya itu, BCA juga meningkatkan alokasi anggaran capital expenditure (Capex) di bidang IT. Pertumbuhan belanja IT BCA sebesar 8% pada tahun 2025. Investasi ini ditujukan untuk mengembangkan infrastruktur teknologi mutakhir guna menghadirkan layanan perbankan yang semakin aman, andal, dan tepercaya bagi seluruh nasabah tercinta.
Di sisi lain, riset dari Oxford menunjukkan bahwa 88% insiden kebocoran data disebabkan oleh human error, termasuk social engineering.
Head of Contact Center & Digital Services BCA Adrianus Wagimin, yang bertanggung jawab menangani layanan customer service halo BCA, melihat keselarasan antara pola kejahatan social engineering yang terjadi dalam nasabah dengan tren ancaman yang dijelaskan oleh David. Untuk menangani hal tersebut, Adrianus menegaskan bahwa BCA secara konsisten mengedepankan edukasi, inovasi, dan kolaborasi.
“Edukasi menjadi aspek krusial dalam mencegah penipuan digital. Kami terus mengimbau nasabah untuk berhati-hati dalam bertransaksi dan tidak membagikan data pribadi, termasuk SMS OTP, kepada pihak mana pun," ucap Adrianus.
Dari segi inovasi, pihaknya juga menghadirkan berbagai fitur yang dirancang untuk mencegah modus penipuan, seperti QRIS Customer Presented Mode (CPM) di aplikasi BCA mobile dan myBCA yang membantu menghindari penipuan pembayaran QRIS palsu.
Terbaru, di awal tahun 2025 BCA dapat memperbarui aplikasi haloBCA secara mandiri melalui Apps Store atau Playstore (versi 2.4.1) yang memperkenalkan sejumlah fitur baru, di antaranya track status laporan (‘Status Laporan’), pengkinian data rekening dan data kartu kredit, hingga pengembangan layanan Halo BCA Chat dimana nasabah dapat melakukan permintaan (request) dan pengaduan atas kendala yang dialami melalui Halo BCA Chat.
"Di samping itu, kami aktif berkolaborasi dengan berbagai unit kerja meluncurkan kampanye edukatif ‘Tolak Dengan Anggun’ dan ‘Don’t Know? Kasih No!’,” pungkas Adrianus.
Untuk melindungi diri dari serangan siber dan penipuan digital, BCA juga senantiasa mengimbau nasabah untuk menerapkan lima langkah pencegahan. Pertama, hanya mengunduh aplikasi resmi dari sumber tepercaya, rutin memperbarui sistem operasi dan aplikasi ke versi terbaru.
Baca Juga: BCA Optimistis Penyaluran KPR 2025 Tetap Tumbuh
Selain itu, selalu melakukan verifikasi terhadap pihak yang mengaku sebagai BCA sebelum memberikan informasi apa pun, tidak membagikan data pribadi, termasuk PIN, password, CVV dan SMS OTP, kepada siapa pun, dan tidak mengklik tautan mencurigakan yang diterima melalui pesan singkat atau email.
BCA juga mengingatkan, apabila menemukan indikasi penipuan, nasabah BCA dapat segera melaporkan kepada contact center HaloBCA melalui 1500888 atau aplikasi Halo BCA, yang dilengkapi oleh fitur telepon gratis tanpa pulsa dan chat banking untuk menambahkan preferensi nasabah dalam mengajukan informasi secara real-time.
Selanjutnya: Mengapa Sidang Isbat Penting, Begini Penjelasan Kemenag
Menarik Dibaca: Brokoli Aman untuk Asam Urat? Yuk Simak Ulasannya di sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News