Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) jadi satu-satunya big banks yang mampu mencatatkan fundamental positif hingga Agustus 2025. Mengingat, bank dengan kode saham BBCA tersebut masih mampu mencetak kenaikan laba di periode Januari-Agustus 2025.
Pada delapan bulan pertama tahun 2025 ini, BCA membukukan laba bersih bank only sebesar Rp 39,06 triliun hingga Agustus 2025 atau tumbuh 8,52% jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yang capai Rp 35,99 triliun.
Padahal, big banks lainnya seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI tertekan dengan laba turun lebih dari 5% YoY. Lihat saja BRI yang mengalami penurunan laba paling dalam, mencapai 9,9% YoY menjadi Rp 32,6 triliun per Agustus 2025.
Baca Juga: Laba BRI Turun 9,9% Menjadi Rp 32,6 Triliun per Agustus 2025
Berdasarkan laporan keuangan bulanan, pendapatan bunga bersih BCA mencapai Rp 53,12 triliun, meningkat 5,08% dari Rp 50,55 triliun yang dicetak setahun sebelumnya.
Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi menilai bahwa keunggulan emiten berkode BCA ini terletak pada dana murah atau CASA yang mencapai Rp 969,29 triliun, tumbuh 7,2% secara YoY.
“Dengan porsi yang mencapai 83,55% dibandingkan total DPK, BCA masih menjadi salah satu bank dengan rasio CASA tertinggi di industri,” ujarnya, Selasa (30/9/2025).
Sementara itu, total pendapatan non bunga BCA mencapai Rp 18,3 triliun, naik 18,9% secara YoY. Salah satunya berasal dari pendapatan komisi dan fee juga naik 7,54% menjadi Rp 12,61 triliun, menandakan kuatnya bisnis transaksi dan layanan perbankan.
Dari sisi kredit, BCA telah menyalurkan kredit Rp 920,87 triliun per Agustus 2025, tumbuh 9,28% jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
“LDR (loan to deposit ratio) BCA masih di kisaran 79,4%. Ini mencerminkan rasio intermediasi makin optimal dalam mendukung profit, namun masih punya likuiditas yang cukup besar dalam ekspansi kredit,” tambahnya.
Meski pertumbuhan laba terjaga, Ia menilai BCA memilih langkah konservatif dengan memperbesar beban pencadangan menjadi Rp 2,66 triliun, naik 106,75% dibandingkan Agustus 2024. Menurutnya, ini menjadi strategi BCA dalam kombinasi pertumbuhan stabil dan manajemen risiko yang pruden.
“BCA tidak sekadar mengejar laba jangka pendek, tetapi juga menjaga kualitas aset. Dengan buffer pencadangan yang tebal, bank ini bisa lebih fleksibel jika kondisi ekonomi membaik, karena cadangan bisa dilepas menjadi laba tambahan,” ujarnya.
Apalagi, tuturnya, pertumbuhan laba bersih BCA cenderung stabil dan sudah on the track. BCA juga diprediksi masih akan menjadi salah satu perbankan paling profitable di Indonesia, selama tahun 2025.
Selanjutnya: Besarnya Efek Domino Di Balik Suntikan Rp 200 T ke Himbara untuk Koperasi Merah Putih
Menarik Dibaca: Kejutan Bonus Karier & Keuangan di 4 Zodiak Ini pada Selasa, 30 September 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News