Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pelonggaran plafon pemberian kredit atau loan to value (LTV) pada kredit pemilikan rumah (KPR) di tahun 2016 diprediksi tidak akan memunculkan kedatangan para spekulasi prorperti. Pasalnya, pelonggaran LTV diiringi dengan perlambatan ekonomi yang belum ada tanda-tanda perbaikan ekonomi.
Direktur Konsumer PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Henry Koenaifi mengatakan, kondisi perlambatan ekonomi menyebabkan tak ada kepastian harga rumah akan naik atau tidak, sehingga para spekulan properti akan berpikir dua kali untuk belanja rumah di tengah uang muka (down payment) yang rendah.
“Kapan harga rumah akan naik tinggi? Kami tidak tahu, ekonomi lagi sulit begini,” kata Henry, Selasa (21/6).
Henry memperkirakan, harga rumah mulai naik lagi pada tiga tahun mendatang dengan asumsi ekonomi tumbuh stabil dan permintaan rumah semakin naik. Namun, kenaikan harga tak akan signifikan.
BCA mengharapkan pelonggaran LTV KPR ini akan meningkatkan penjualan rumah untuk rumah pertama dan rumah kedua yang identik untuk tempat tinggal. Misalnya, orang-orang berkantong tebal akan membeli rumah hingga dua unit karena mereka memiliki dua orang anak yang membutuhkan tempat tinggal.
Henry menambahkan, pihaknya memperkirakan pertumbuhan KPR sebesar 10% di tahun 2016, namun ada potensi kenaikan 1%-2% dengan adanya pelonggaran LTV. BCA mencatat penyaluran KPR sebesar Rp 59,87 triliun per kuartal I-2016 atau tumbuh 9,3% dibandingkang posisi Rp 54,76 triliun per kuartal I-2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News