Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perkiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi membuat beberapa perbankan melakukan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB). Meski begitu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengaku tak melakukan revisi target yang sudah dibuat.
"Sejak awal, target yang kita buat memang antara konservatif dan moderat" ucap Direktur Konsumer BCA, Henry Koenafi, di Signature Restaurant, Hotel Kempinsky, Senin, (15/7).
Henry mengaku, pihaknya akan menjalankan ekspansi secara aktif jika kondisi pasar bagus. Sedangkan jika ternyata ada pengereman kredit, itu sesuai dengan asumsi BCA.
Tahun ini, BCA menargetkan kredit mampu tumbuh 18%-20%. Pada penghujung tahun lalu, kredit yang BCA salurkan yakni Rp 256,8 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 27% dari tahun sebelumnya yakni Rp 202,3 triliun.
Kondisi perekonomian Indonesia terkena dampak internal dan eksternal. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat inflasi akan memuncak bulan ini. Kemudian, ada juga penarikan quantitative easing oleh Amerika Serikat juga mempengaruhi perekonomian negara-negara di dunia.
Terkait nilai tukar rupiah yang menginjak angka Rp 10.000, Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja menyebut bahwa hal tersebut merupakan hal yang wajar. Ia mengambil contoh, nilai tukar yen yang bahkan melemah dari 78 ke 100. "Nilai tukar yang kuat saja bisa begitu. Apalagi rupiah," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News