Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyesuaian suku bunga yang terjadi hingga lima kali pada 2018 lalu, ditambah ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang mewajibkan perbankan membuat pencadangan lebih besar jadi alasan laba PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pada semester I-2019 merosot.
Pada paruh pertama tahun ini, bank spesialis kredit perumahan ini meraih laba senilai Rp 1,3 triliun, turun 7,15% (yoy) dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,4 triliun.
“Seperti diketahui tahun lalu, Bank Indonesia telah menyesuaikan suku bunga acuan hingga lima kali dan masih bertahan hingga semeter I-2019 ini. Baru turun pada Juli lalu 25 bps,” kata Direktur Utama BTN Maryono dalam paparannya, Jumat (26/7) di Jakarta.
Makanya, kata Maryno beban bunga BTN cukup besar. Padahal, pendapatan bunga BTN sejatinya tumbuh 19,81% (yoy) dari Rp 10,66 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 12,78 triliun pada semester I-2019.
Pertumbuhan pendapatan bunga ini ditopang dari kinerja BTN yang cukup mumpuni, khususnya dari penyaluran kredit. Hingga Juni 2019 BTN berhasil meraih pertumbuhan kredit 18,78% (yoy) dari Rp 211,35 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 251,04 triliun pada semester I-2019.
Pertumbuhan penyaluran kredit BTN masih ditopang segmen Kredit Pemilikan Perumahan (KPR). Lini bisnis tersebut tumbuh 19,72% (yoy) menjadi Rp 173,61 triliun pada semester I-2019.
Bisnis KPR BTN masih bertumpu pada segmen subsidi yang mencatat pertumbuhan 27,55% (yoy) menjadi Rp 90,74 triliun pada semester I-2019. Sedangkan segmen non subsidi tumbuh 13,08% (yoy) menjadi Rp 74,39 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Di segmen kredit komersial kami juga mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 17,7% (yoy) dari Rp 38,03 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 44,77 triliun pada semester I-2019.
"Peningkatan ini disumbang kenaikan kredit investasi yang melesat sebesar 88,99% (yoy) menjadi Rp 7,28 triliun hingga akhir Juni 2019,” jelas Maryono.
Kinerja penyaluran kredit BTN juga turut mengerek aset BTN menjadi Rp 312,47 triliun pada semester I-2019, tumbuh 16,58% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2018 senilai Rp 268,04 triliun.
Sedangkan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN juga tumbuh 15,89% (yoy) menjadi Rp 234,89 triliun hingga Juni 2019.
Maryono menambahkan selain beban bunga, tergerusnya laba BTN juga terjadi akibat persiapan implementasi PSAK 71. Asal tahu, ketentuan tersebut mensyaratkan bank mesti membentuk pencadangan lebih besar, sebab dihitung melalui proyeksi kredit macet. Tak seperti ketentuan sebelumnya dimana pencadangan baru dibentuk ketika kredit telah macet.
Hingga akhir tahun BTN menargetkan untuk dapat meraih laba hingga Rp 2,6 triliun. Nah, kata Maryono jika mengesampingkan pencadangan tambahan, laba BTN ditargetkan bsia mencapai RP 4 triliun hingga Rp 4,5 triliun.
Sementara Plt. DIrektur Keuangan dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu menjelaskan tahun ini perseroan telah membentuk rasio pencadangan sebesar 76% dari kredit yang diberikan. Sementara tahun lalu rasio pencadangan perseroan sebesar 49%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News