Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan suku bunga acuan yang masih tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan pembiayaan digital, termasuk PT Akulaku Finance Indonesia (Akulaku). Kondisi ini mendorong perusahaan untuk lebih cermat dalam mengelola struktur biaya, khususnya terkait cost of fund yang terus meningkat.
Direktur Keuangan Akulaku, Aan Setiawandi, mengatakan bahwa tekanan terhadap biaya dana menjadi salah satu isu utama yang dihadapi pelaku industri pembiayaan digital. Namun demikian, pihaknya telah mengantisipasi hal ini dengan berbagai langkah strategis agar kinerja keuangan tetap stabil.
“Akulaku terus mendorong efisiensi operasional dan menjaga kualitas aset agar tetap sehat di tengah tekanan makroekonomi,“ ujar Aan kepada Kontan, Jumat (11/4).
Baca Juga: NPF Akulaku Finance Tetap Terkendali di 1,1% pada 2024, Manajemen Risiko Jadi Kunci
Menurutnya strategi perusahaan berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta selektif dalam penyaluran pembiayaan guna menjaga kualitas portofolio dan meminimalkan risiko.
Dengan pendekatan tersebut, perusahaan tetap bisa mempertahankan margin keuntungan tanpa harus membebankan bunga yang lebih tinggi kepada konsumen. Di sisi lain, Akulaku juga memperkuat kerja sama strategis dengan mitra merchant dan institusi keuangan.
Kolaborasi ini dinilai efektif dalam menciptakan skema pembiayaan yang lebih kompetitif sekaligus meringankan beban bunga bagi pengguna layanan paylater. Hal ini juga membantu memperluas jangkauan layanan perusahaan ke berbagai segmen pasar.
Baca Juga: Perbankan Masuk Bisnis Paylater, Akulaku Finance Siap Hadapi Tantangan
Untuk menjaga likuiditas, Aan menyebut diversifikasi pendanaan menjadi prioritas perusahaan. Selain pembiayaan dari sektor perbankan, Akulaku juga mengeksplorasi opsi lain seperti penerbitan obligasi dan kolaborasi dengan perusahaan fintech.
“Tujuannya untuk menjaga fleksibilitas dan likuiditas agar tetap bisa memenuhi permintaan pembiayaan yang terus tumbuh,” ujar Aan.
Meski berada dalam tekanan, Akulaku tetap optimistis terhadap prospek bisnis paylater di tahun 2025. Menurut Aan, pertumbuhan akan ditopang oleh peningkatan adopsi layanan keuangan digital.
“Selain itu, perluasan kanal distribusi ke merchant offline, serta fokus kami terhadap literasi keuangan dan inklusi, akan menjadi motor pertumbuhan utama yang memungkinkan kami menjangkau lebih banyak pengguna secara berkelanjutan,” tutup Aan.
Selanjutnya: Bahan Negosiasi, Pengusaha Minta Pemerintah Perhitungkan Biaya Impor Migas dari AS
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok 14-15 April, Siaga Hujan Sangat Lebat di Daerah Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News