Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menahan tingkat suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir di tahun 2024. Artinya, perbankan perlu sabar dan siap mengawali 2025 dengan tantangan biaya dana tinggi yang belum berubah.
Seperti diketahui, saat ini BI rate masih ditahan di level 6%. Meskipun, penurunan bunga acuan sempat dilakukan BI pada September lalu yang hanya sebesar 25 basis poin (bps).
Nyatanya, penurunan bunga acuan pada September 2024 yang lalu tak banyak mempengaruhi bunga yang dimiliki bank. Ini terlihat dari catatan BI terkait bunga simpanan maupun bunga kredit yang tampak stagnan.
Baca Juga: Beban Utang Meningkat, Ekonom Sarankan Pemerintah Cari Pembiayaan Murah
Adapun, bunga simpanan, dalam hal ini bunga deposito satu bulan, dari periode September 2024 hingga November 2024 tetap bertahan di level 4,7%. Sementara itu, bunga kredit juga tampak stagnan di periode yang sama dengan level 9,2%.
Dalam laporan Asesmen Transparansi SBDK RDG terbaru, BI melihat ada sedikit kenaikan untuk suku bunga kredit baru dibandingkan bulan sebelumnya. Suku bunga kredit terpantau meningkat sebesar 6 bps secara bulanan pada November 2024.
“Ini ditengarai didorong oleh upaya profit maximisation perbankan, dengan memaksimalkan spread suku bunga,” tulis BI dalam laporan tersebut, Rabu(18/12).
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan penurunan bunga acuan yang terjadi pada September 2024 terlalu kecil. Alhasil, bank untuk bisa menurunkan biaya dana saja susah apalagi menurunkan bunga kredit.
Ia mengungkapkan margin bank saat ini sudah tergerus cukup banyak selama periode bunga tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, bank sampai saat ini juga berusaha untuk menjaga tingkat profitabilitas.
Baca Juga: Bank Indonesia Borong SBN dan Terbitkan SRBI untuk Stabilkan Rupiah
“Apabila margin terlalu tipis maka bisa jadi tidak bisa untuk menyerap NPL termasuk CKPN yang akan berdampak langsung ke profit,” ujar Lani, Rabu (18/12).
Ia pun pesimistis bahwa BI akan menurunkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan ke depan. Pada akhirnya, Lani mengungkapkan bahwa pihaknya memproyeksikan sampai pertengahan tahun 2025, kondisi biaya dana tinggi masih akan terasa.
“Saya pikir jika penurunan suku bunga acuan BI di bawah 100 bps masih tetap berat,” ujar Lani.
Sementara itu, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan sejatinya berharap BI bisa menurunkan suku bunga acuannya. Namun, ia bilang keputusan BI untuk menahan suku bunga tentunya melewati berbagai pertimbangan.
Ia menyadari dengan tertahannya suku bunga acuan tentu akan berpengaruh pada bisnis bank. Di mana, bank perlu mengatur strategi agar profitabilitas bank pun tetap terjaga karena suku bunga memiliki pengaruh yang cukup besar.
“Ada beberapa hal yang bisa di adjust dan ada juga yang tidak bisa, tapi tentunya akan mempengaruhi profitabilitas,” ujar Steff.
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat pada November 2024
Oleh karenanya, ia masih berharap BI di tahun depan memiliki kebijakan untuk bisa menurunkan suku bunga acuan. Sebab, selain profitabilitas, penurunan bunga acuan juga bisa semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi.
“Kan kalau bunga turun mungkin orang-orang jadi akhirnya mau beli rumah atau dunia usaha juga semakin tumbuh,” tandasnya.
Selanjutnya: Harga Bawang Putih, Cabai Merah Keriting dan Minyak Goreng Naik di Aceh, Rabu (18/12)
Menarik Dibaca: Prakiran Cuaca Jakarta Besok (19/12), Ini Daerah yang bakal Diguyur Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News