kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank Digital Tawarkan Suku Bunga Tinggi untuk Himpun DPK


Rabu, 25 Desember 2024 / 11:45 WIB
Bank Digital Tawarkan Suku Bunga Tinggi untuk Himpun DPK
ILUSTRASI. Tawaran suku bunga tinggi masih menjadi strategi bank-bank digital untuk menarik minat masyarakat menyimpan dananya di bank digital.(KONTAN/Baihaki)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tawaran insentif bunga tinggi masih menjadi strategi bank-bank digital untuk menarik minat masyarakat menyimpan dananya di bank digital.

PT Allo Bank Indonesia Tbk misalnya, entitas usaha milik CT Corp ini masih mengandalkan tawaran bunga tinggi untuk menjaring dana pihak ketiga (DPK). 

"Menawarkan bunga tinggi memang masih jadi strategi bank digital, tak terkecuali Allo Bank dalam menarik minat masyarakat untuk menempatkan dananya, namun kami juga memanfaatkan ekosistem, dan mengembangkan produk-produk kami, sehingga dengan demikian arah menuju dana murah secara bertahap," ungkap Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo kepada Kontan, Senin (23/11). 

Lebih lanjut Indra menyebut saat ini melalui produknya Allo Grow, menjadi produk yang unik dibandingkan produk simpanan bank lainnya. Allo Bank menawarkan bunga simpanan deposito hingga 6,25% per tahun. 

Baca Juga: Bank Digital Beberkan Rencana Bisnisnya untuk Tahun 2025

Selain itu untuk produk tabungan, Allo Bank menawarkan bunga 5,25% per 90 hari. Adapun fokus nasabah yang disasar adalah segmen nasabah ritel dan konsumer. 

Ke depan, Indra menyebut pihaknya akan terus mengembangkan fitur untuk kantong atau poket-poket simpanan yang tidak terbatas, sehingga alokasi dana nasabah bisa terus bertumbuh. 

"Ini yang saya rasa cara-cara untuk mendorong pertumbuhan DPK, dengan produk yang menarik bagi nasabah," ungkap Indra.

Sementara itu, PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) yang merupakan bank besutan Akulaku Group ini mulai focus menjaring dana murah (CASA) dengan mengembangkan berbagai layanan sesuai kebutuhan nasabah.

Direktur Utama BNC, Eri Budiono menyampaikan, dengan jumlah nasabah eksisting yang sekitar 27 nasabah, kedepan pihaknya mulai fokus pada pengembangan layanan fitur sesuai dengan kebutuhan nasabah. Hal ini nantinya akan menjadi startegi BNC untuk menjaring dana murah.

"Jadi kedepan kami tidak hanya fokus pada tawaran bunga tinggi untuk menjaring DPK. Kami justru akan fokus pada strategi kemudahan bertransaksi di aplikasi yang disukai nasabah. Bagaimana kita mengarahkan masyarakat untuk bertransaksi," ungkap Edi kepada Kontan.

Eri menyebut, pihaknya akan melakukan upaya marketing yang lebih terarah, dengan mempromosikan produk-produk atau fitur-fitur yang ada sesuai dengan segmentasi nasabah BNC, misalnya dengan mengarahkan nasabah menggunakan layanan untuk investasi di reksadana, investasi emas. Serta transaksi kebutuhan sehari-hari seperti bayar listrik dan lainnya.

Baca Juga: Layanan Buy Now Paylater Terus Diminati, Begini Prospeknya pada 2025

"Kami juga sadar ini benar-benar sangat kompetitif. Di akhir tahun ini kami masih optimistis akan tumbuh dibanding tahun lalu. Mungkin juga untuk awal tahun depan, kita rasa kondisi yang masih belum pasti, karena masih higher for longer, yang berarti DPK masih sangat ketat, mungkin itu yang juga tawaran insentif untuk nasabah masih berlanjut," ungkap Eri.

BNC menawarkan berbagai jenis produk tabungan dan deposito. Adapun untuk simpanan tabungan BNC mulai dari 4,25% per tahun, sementara untuk deposito mulai dari 5% sampai dengan 8% per tahunnya.

Sebagai informasi, rata-rata bank digital menawarkan bunga simpanan di kisaran 6% hingga 8% per tahunnya. Lebih tinggi dari bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank umum konvensional yang rata-rata di kisaran 3-4% per tahunnya, atau dengan kata lain tidak lebih tinggi dari tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang di level 4,25%.

Melihat hal tersebut, Pengamat Perbankan dan praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo menyampaikan, tawaran bunga tinggi dari bank digital memang menggiurkan, namun masyarakat perlu mencermatinya dengan hati-hati. 

Menurutnya persaingan ketat di sektor perbankan digital mendorong berbagai inovasi, termasuk penawaran suku bunga yang sangat menarik.

Bunga tinggi yang ditawarkan oleh bank digital juga bisa menjadi sinyal adanya kebutuhan mendesak akan dana. Hal ini bisa terjadi karena bank tersebut sedang dalam masa ekspansi atau mengalami kesulitan likuiditas. 

"Jika masalah likuiditas ini semakin membesar, maka stabilitas bank tersebut bisa terancam. Oleh karena itu, calon nasabah perlu melakukan riset yang mendalam sebelum memilih bank digital sebagai tempat menyimpan dana," ungkapnya kepada Kontan, Senin (23/12).

Arianto menjelaskan, di balik iming-iming keuntungan besar, terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Stabilitas bank, syarat dan ketentuan yang berlaku, serta potensi masalah likuiditas adalah beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

Ia menyarankan masyarakat dapat meminimalisir risiko dengan membandingkan beberapa bank digital, dimana dapat dilakukan dengan membaca dengan cermat syarat dan ketentuan yang berlaku, serta berkonsultasi dengan ahli keuangan jika diperlukan. 

Meningkatkan literasi keuangan juga sangat penting agar masyarakat dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak. 

"Ingatlah bahwa investasi selalu mengandung risiko, sehingga Anda perlu memilih produk yang sesuai dengan profil risiko masing-masing individu," ungkapnya.

Prospek Bank Digital

Di sisi lain, Arianto menilai dengan kebijakan suku bunga tinggi yang memberikan tantangan dan peluang bagi bank digital di Indonesia. Ini juga membuat margin bunga bersih bank digital bisa tertekan akibat kenaikan suku bunga. Persaingan untuk menarik dana juga semakin ketat. 

Namun di sisi lain, kondisi ini dinilai dapat mendorong pertumbuhan kredit dan memaksa bank digital untuk terus berinovasi. Untuk bertahan dan tumbuh di tengah kondisi ini, bank digital perlu fokus pada kualitas aset, efisiensi operasional, dan inovasi produk.

Arianto menilai prospek bank digital di Indonesia tetap menjanjikan, namun seleksi alam akan semakin ketat. Bank digital yang memiliki fundamental kuat, manajemen yang baik, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat akan mampu bertahan dan tumbuh. 

"Faktor kunci keberhasilan adalah kemampuan untuk mengelola risiko, meningkatkan efisiensi, dan memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berkembang. Kolaborasi dengan fintech juga menjadi kunci untuk memperluas jangkauan layanan dan meningkatkan daya saing," ungkapnya.

Selanjutnya: Harga Komoditas Mineral Batubara Lesu, Satu-Satu Korporasi Tumbang

Menarik Dibaca: Promo Es Krim di Alfamart, Beli 2 Gratis 1 & Beli 2 Lebih Murah s/d 31 Desember 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×