kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berebut nasabah lewat layanan digital


Selasa, 17 Oktober 2017 / 22:47 WIB
Berebut nasabah lewat layanan digital


Reporter: Agung Jatmiko, Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -Di tengah ketatnya persaingan bisnis di industri jasa keuangan, perbankan terus melakukan inovasi produk dan layanan. Yang terbaru, pada Agustus lalu, bank asal Singapura, DBS Bank mengenalkan layanan mobile banking berbasis aplikasi baru ke nasabah di tanah air. Layanan diberi nama Digibank by DBS.

Digibank adalah sebuah layanan perbankan digital yang memungkinkan nasabah melakukan kegiatan perbankan secara lebih praktis dan efisien. Peluncuran produk bank yang terintegrasi ke aplikasi mobile ini dilakukan setelah DBS memulai debutnya di India pada April 2016.

Melalui layanan Digibank, DBS India mampu menembus pasar perbankan ritel di tanah Bollywood dengan memperoleh sekitar 1,5 juta nasabah baru. Nah, becermin dari kesuksesan di India, DBS Indonesia mencoba meniru langkah serupa. Dalam lima tahun atau sampai 2022, DBS Indonesia menargetkan aplikasi Digibank dapat menjaring 3,5 juta nasabah.

Paulus Sutisna, Presiden Direktur Bank DBS Indonesia, mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pengguna internet dan smartphone tumbuh pesat. Dan, nasabah juga semakin menginginkan transaksi perbankan yang sederhana, cepat, kapan, dan dari mana saja. Singkatnya, nasabah bisa mendapatkan berbagai layanan perbankan tanpa harus datang ke kantor cabang bank. 

Karena itu, DBS perlu melakukan inovasi demi memenuhi kebutuhan nasabah. “Kalau kami bisa bikin banking di smartphone, itu bisa menjadi disruption point,” kata Paulus.

Wawan Salum, Direktur Consumer Banking Bank DBS Indonesia menambahkan, Digibank berbeda dengan aplikasi mobile banking yang hanya diperuntukkan bagi nasabah perusahaan yang notabene berasal dari segmen premium. Produk ini menyasar semua segmen. 

Menurut Wawan, ada sejumlah keunggulan layanan melalui Digibank. Di antaranya, Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektronik yang tinggal di wilayah Jabodetabek bisa membuka akun tabungan tanpa saldo awal minimum. Nasabah juga bisa melakukan transfer dana dan membayar sejumlah tagihan.

Bahkan, nasabah bisa mentransfer dananya hingga Rp 200 juta dan hingga Rp 500 juta per transaksi per hari. Penarikan tunai Digibank by DBS bisa dilakukan dari anjungan tunai mandiri (ATM) manapun (ALTO dan ATM Bersama).

Iming-imingnya: pembukaan rekening, transfer dana, hingga tarik tunai dengan kartu Visa keluaran Digibank di ATM manapun bebas biaya administrasi. Selain itu, Digibank DBS menawarkan bunga tabungan 3% dan deposito hingga 6,25%.

Bagi DBS, produk Digibank bukan hanya berpotensi menambah nasabah, tapi juga memupuk dana pihak ketiga (DPK). Sayangnya, Wawan enggan mengungkapkan target tambahan nilai DPK dari rekening Digibank terhadap keseluruhan porsi DPK perusahaan.

Sebagai catatan, sampai semester I 2017, Bank DBS Indonesia mencatat kenaikan DPK 13,43% menjadi Rp 44,93 triliun. Perusahaan ini juga meraih pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 17,54% menjadi Rp 1,48 triliun dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Laba bersihnya naik sebesar 33,29% menjadi Rp 463,63 miliar. 

Hanya saja, penyaluran kredit DBS Indonesia pada periode tersebut justru turun 0,06% menjadi Rp 40,57 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.

Sasar semua segmen

DBS bukan satu-satunya bank di tanah air yang membuka layanan bank digital. Setahun sebelumnya, di Agustus 2016, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) telah meluncurkan layanan serupa yang bernama Jenius.

Aplikasi ini dirancang untuk membantu masyarakat mengatur keuangan melalui ponsel pintar berbasis Android maupun iOS.  Penggarapan aplikasi ini dilakukan selama 18 bulan sejak Januari 2015, dengan biaya investasi Rp 500 miliar. 

Anika Faisal, Direktur Kepatuhan BTPN mengatakan, Jenius bukan aplikasi mobile banking, tapi lebih merupakan bank digital. Melalui Jenius, nasabah dapat menikmati berbagai layanan perbankan di BTPN, termasuk membuka rekening, membuat deposito, dan layanan perbankan lainnya.

Jenius menawarkan bunga kompetitif jika dibandingkan dengan tabungan biasa. Uang tabungan yang disimpan di Jenius mendapatkan bunga 5% per tahun. “Tabungan ini dilengkapi dengan fitur Dream Saver yang dapat membantu nasabah mencapai impian yang direncanakan dengan membuat alokasi pada uang yang ditabung,” kata Anika pada Tabloid KONTAN.

Adapun, fitur lainnya adalah Cashtag yang menjadikan nama nasabah sebagai nomor rekening, Send It untuk mengirim uang baik ke rekening bank, nomor telepon seluler atau alamat email, Pay Me untuk mengirim permintaan uang, dan fitur Split Bill untuk berbagi tagihan dengan teman atau keluarga.

Anika menambahkan, Jenius dibuat untuk segmen kelompok masyarakat digital savvy atau melek teknologi. “Tidak hanya generasi milenial dan berusia muda. Siapapun yang melek digital dan pengguna smartphone merupakan target pasar Jenius,” imbuh dia.

Menurut Anika, sejak 2013, BTPN memang telah mengembangkan platform digital yang lebih memudahkan nasabah mengakses layanan dan produk bank. Sebelum Jenius meluncur, pada Maret 2015, BTPN telah merilis layanan digital banking bernama BTPN Wow! Layanan ini memanfaatkan telepon genggam untuk mengakses layanan bank.

Nah, untuk mengembangkan platform Jenius dan BTPN Wow! serta inovasi digital lainnya, BTPN telah menginvestasikan dana Rp 1,3 triliun selama tiga tahun terakhir. Total nasabah Jenius dan Wow hingga Juli lalu sekitar 3 juta nasabah. Mayoritas BTPN Wow! sebanyak 2,8 juta nasabah dan Jenius 200.000 nasabah.

Sayang, dengan alasan belum bisa dipublikasikan, Anika belum mau membeberkan kinerja BTPN hingga kuartal III 2017. Tapi, sebagai gambaran, penyaluran kredit BTPN di semester I-2017 mencapai Rp 66,4 triliun atau tumbuh 8% dari periode sama 2016. Sedangkan rasio likuiditas (LDR) sebesar 96%, dengan rasio kecukupan modal (CAR) 24%. Adapun, laba bersih naik 2% menjadi Rp 935 miliar.

Bank lainnya yang juga berencana meluncurkan produk bank digital adalah Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap). Bahkan, Bank Mantap telah mendapatkan kucuran modal Rp 200 miliar dari induk usahanya, yakni Bank Mandiri untuk memperkuat ekspansi bisnisnya melalui pembangunan infrastruktur digital 2018.  

Josephus Triprakoso, Direktur Utama Bank Mantap,  mengungkapkan, transformasi digital dicanangkan perusahaan tahun ini. Namun, saat ini, layanan bank digital itu masih belum diberi nama.

“Saat ini masih dalam tahap uji coba dan menunggu izin dinas dukcapil. Targetnya, tahun ini layanan rekening digital Bank Mantap segera muncul,” kata Josephus kepada Tabloid KONTAN.

Segmen nasabah yang dibidik Bank Mantap akan disesuaikan dengan fokus perusahaan yang melayani pensiunan dan pegawai negeri sipil (PNS).

“Banyak teknologi yang akan kami tawarkan nantinya, namun saat ini saya belum bisa beberkan karena masih dalam tahap persiapan,” imbuh Josephus.

Sampai September 2017, Bank Mantap meraup laba bersih Rp 110 miliar atau tumbuh 172,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Sementara penyaluran kredit Bank Mantap mencapai Rp 6,9 triliun atau tumbuh 185% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit itu dimotori oleh segmen pensiunan PNS dengan rasio kredit bermasalah untuk kredit secara keseluruhan 0,62%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×