Reporter: Widyasari Ginting | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Porsi utang perusahaan swasta di dalam negeri di luar negeri terus membesar. Hal tersebut dikarenakan bunga yang ditawarkan bank di luar negeri jauh lebih rendah.
Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Asset Management mengungkapkan salah satu faktor rendahnya bunga perbankan di luar negeri tak lain karena tawaran bunga lebih menarik. "Kalau di luar biayanya lebih murah, suku bunganya lebih murah," kata Lana.
Selain tawaran bunga yang memikat, Lana bilang bank di luar negeri juga umumnya menilai kredit dengan lebih berani.
Contohnya jika perusahaan mengajukan utang 100, maka kemungkinan besar bank di luar akan menyetujui pemberian pinjaman sebesar 95. Lebih besar jika dibandingkan bank dalam negeri yang mungkin hanya berani memberikan pinjaman tiga perempat dari nilai yang diajukan.
Jadi menurut Lana, indikasi perusahaan melakukan pinjaman ke luar negeri bukan hanya dilandasi oleh nilai LDR perbankan di dalam negeri yang sudah mencapai 94%. Memang hal tersebut menunjukkan bahwa kredit yang bisa diberikan menjadi terbatas, tetapi bunga yang lebih rendahlah yang menjadi pemicunya.
Hal ini juga diakui oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara. "Euro bunganya masih murah, jadi banyak perusahaan koorporasi yang akhirnya minjam ke luar," jelas Tirta.
Namun ia mengingatkan para pengusaha untuk tidak hanya berpatokan pada tawaran bunga saja. Utang luar negeri sangat rentan dengan risiko perubahan nilai tukar. Sehingga jika para pengusaha juga membayar premi untuk melakukan hedging, maka menurutnya hasilnya tidak akan jauh beda dengan melakukan pinjaman ke dalam negeri.
"Jadi, masih kompetitiflah," ujar Tirta menilai tawaran kredit dari dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News