Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) membukukan laba bersih senilai Rp 701,59 miliar sepanjang 2020. Laba itu turun 1,4% dibandingkan dengan laba bersih di tahun 2019.
Penurunan laba itu lebih baik dibandingkan rata-rata industri pembiayaan yang mengalami kontraksi laba 61,2% selama tahun 2020. Selain itu, BFIN mencatatkan nilai piutang pembiayaan bersih sebesar Rp12,70 triliun.
“Kami menyalurkan pembiayaan secara prudent dan selektif baik sebelum dan selama pandemi sehingga kami mampu mengontrol pemburukan kualitas piutang yang terjadi. Kami juga melakukan penyesuaian proses kerja dan recovery yang cepat dan terarah sehingga rasio NPF bisa membaik di bawah rata-rata industri,” ujar Sudjono, Finance Director BFI Finance dalam keterangan tertulis pada Jumat (12/3).
Baca Juga: Begini kesiapan BFI Finance untuk melunasi obligasi yang bakal jatuh tempo
BFI menyadari, industri pembiayaan juga terdampak langsung atas penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada permintaan relaksasi pembiayaan yang besar. Juga terjadi pemburukan kualitas aset yang tiba-tiba, khususnya di awal pandemi.
Sebagai langkah antisipasi serta atas pertimbangan yang seksama, BFIN sempat menghentikan sementara penyaluran layanan pembiayaan baru selama kuartal II-2020. Langkah ini berbuah baik, dimana secara bertahap BFIN berhasil memperbaiki kualitas aset dan kembali menyalurkan pembiayaan baru mulai awal semester II hingga akhir tahun, sambil terus menjaga kondisi likuiditas dan rentabilitas di tingkat yang aman.
Ini membuat kinerja BFI Finance lebih baik dibanding rata-rata industri pembiayaan. Dari sisi kualitas aset, rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) per 31 Desember 2020 tercatat angka 1,72%, lebih baik dari rata-rata industri dengan angka rasio 4,01%.
Meski selektif, Sudjono memastikan BFIN akan tetap berkomitmen membantu masyarakat dalam aktivitas produksi dan konsumsi. BFI Finance terus berkomitmen menjadi mitra keuangan masyarakat yang terpercaya.
Beragam upaya mendukung stabilitas ekonomi salah satunya diimplementasikan lewat pelaksanaan restrukturisasi kredit. Terhitung sejak April hingga Agustus 2020, BFIN melakukan relaksasi pembiayaan kepada konsumen yang terdampak pandemi.
Hingga 2020, sisa nilai piutang yang direlaksasi mencapai Rp 4,6 triliun atau 33,1% dari nilai piutang pembiayaan yang dikelola. Turun dari persentase tertinggi 35,5% di bulan September 2020.
Tipe relaksasi yang paling banyak adalah penundaan pembayaran pokok angsuran dan perpanjangan tenor angsuran. Kendati Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak mewajibkan perusahaan pembiayaan untuk membuat cadangan khusus atas kontrak-kontrak yang direstrukturisasi, namun BFI Finance telah membuat cadangan khusus atas kontrak-kontrak tersebut.
“Kami menyadari bahwa sebagian konsumen yang direstrukturisasi tidak akan mampu melanjutkan kewajiban angsuran dan akan meningkatkan kerugian kredit pada tahun depan. Oleh karena itu, kami telah mencatatkan provisi tambahan pada tahun ini sehingga diharapkan kinerja keuangan tahun mendatang tidak akan terbebani oleh kontrak relaksasi yang terjadi pada tahun 2020,“ lanjut Sudjono.
BFI Finance juga berpartisipasi dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk penanganan pandemi Covid-19. Bertindak sebagai penyalur subsidi bunga/subsidi margin kepada konsumen usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, Perusahaan ini telah menyalurkan subsidi bunga yang diterima dari pemerintah bagi sekitar 74.000 konsumen BFI Finance yang memenuhi syarat.
BFIN tetap mendapatkan dukungan fasilitas pendanaan dari bank-bank terkemuka di Indonesia dan sindikasi bank-bank asing selama tahun 2020 serta melakukan emisi Obligasi dengan keseluruhan jumlah fasilitas baru mencapai sebesar Rp 5,2 triliun.
“Kami menengok kembali tahun 2020 dan mensyukuri kinerja yang telah dicapai di tengah berbagai tantangan yang dihadapi. Tanpa kerja keras dan kepercayaan dari seluruh stakeholder BFI Finance, krisis ini akan terasa jauh lebih berat untuk dilalui. Target kami tahun 2021 adalah mengembalikan size bisnis ke posisi prapandemi. Tentunya target ini sangat menantang dan tidak terlepas dari perkembangan kondisi eksternal yang menjadi faktor pendukung penting,” kata Sudjono.
Selanjutnya: Multifinance tingkatkan pencadangan piutang dalam menjaga kualitas pembiayaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News