kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BFIN patok pembiayaan properti Rp 100 miliar


Selasa, 07 April 2015 / 19:29 WIB
BFIN patok pembiayaan properti Rp 100 miliar
ILUSTRASI. Leci


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejak semester II tahun lalu, perusahaan pembiayaan atawa multifinance PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) telah mendiversifikasi lini usahanya ke pembiayaan properti. Jika per Desember 2014 lini bisnis tersebut hanya berkontribusi kurang dari 0,5%, di tahun Kambing Kayu ini, perseroan berharap porsi tersebut dapat menggemuk hingga 1% atau lebih dari Rp 100 miliar.

Sudjono, Direktur BFIN menjelaskan, sejak awal mereka memang hanya mematok target konservatif untuk lini bisnis pembiayaan properti. Pasalnya, mereka baru mulai menggarap jenis pembiayaan tersebut. Perusahaan juga belum memiliki rencana untuk menjadikan pembiayaan properti sebagai sumber utama pendapatan.

"Secara value proposition memang pembiayaan properti jadi supplement product, bukan produk utama. Tahun lalu kami test product, pilot project. Di akhir tahun 2014 baru mulai perkenalkan ke masyarakat," tuturnya, Selasa (7/4). Memang mayoritas pembiayaan BFIN masih mengalir ke sektor otomotif.

Bukan berarti di tahun 2015 ini perseroan akan jor-joran dalam mengembangkan lini bisnis pembiayaan properti. Mereka juga menghindari persaingan dengan perbankan. Sudjono menjelaskan, BFIN akan memilih segmen pasar yang berbeda dengan pihak bank, dimulai dengan konsumen perseroan yang ada saat ini. "Kalau head to head dengan bank pasti kalah," pungkasnya.

Dari pembiayaan sekitar Rp 2,7 triliun per kuartal I 2015, sebanyak 50% masih mengalir ke mobil bekas. Setelah itu, diikuti oleh pembiayaan mobil baru berkisar 32%, alat berat dan machinery menempati porsi 11%, pembiayaan sepeda motor sekitar 6%, dan sisanya kurang dari 1% bersumber dari pembiayaan properti. Hingga akhir tahun nanti, mereka berharap dapat memperoleh pembiayaan lebih dari Rp 11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×