kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

BI akan perluas beleid LTV kredit properti


Senin, 29 April 2013 / 09:57 WIB
BI akan perluas beleid LTV kredit properti
ILUSTRASI. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) Foto: Dok. Dian Swastatika Sentosa


Reporter: Issa Almawadi, Dessy Rosalina |

JAKARTA. Pertumbuhan kredit properti untuk rumah kelas 70 meter persegi masih relatif tinggi. Meski menurun dibandingkan bulan Desember 2012, hingga Februari tahun ini Bank Indonesia (BI) masih mencatat pertumbuhan kredit properti, yakni berada pada level 42%.  "Pada Desember 2012 ada di level 47%, Februari kemarin berada pada 42%," kata Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Jumat (26/4).

Tingginya pertumbuhan kredit properti kelas 70 meter persegi menyebabkan BI terus memantau perkembangan sektor tersebut, baik dari segi harga maupun kredit. Perry bilang, salah satu yang ingin BI publikasikan adalah hasil survei harga properti residensial atau rumah tinggal.

Ppemantauan kredit properti yang dilakukan BI menyeluruh ke berbagai kota di Indonesia. "Karena di beberapa kota terjadi variasi masalah," ucapnya.

Contoh saja, pertumbuhan kredit properti di Provinsi DKI Jakarta mencapai 31%, kemudian Banten 66%, Jawa Barat 42% dan Bali 64%. Selain itu, lihat juga pertumbuhan kredit di Sulawesi Selatan sebesar 53%, Sumatera Selatan 70%, Kalimantan Timur 54%.

Beberapa waktu lalu, Perry juga mengatakan, pihaknya akan memperluas penerapan kebijakan loan to value (LTV) properti. "Kami sedang mengkaji apakah harus ada LTV untuk first home maupun second home. Itu akan beda perlakuan di setiap daerah," terang dia.

Namun, BI hingga kini belum mencapai konklusi ke arah LTV semacam itu. Pasalnya, kadar risiko properti di Indonesia berbeda dengan negara lain, karena ada pembatasan investor asing.

Direktur Konsumer  Bank BNI, Darmadi Sutanto, mengatakan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) di daerah memang lebih tinggi dibandingkan Jakarta. Soalnya, properti di ibukota sebagian besar segmennya menengah ke atas. Hal ini tercermin dari pertumbuhan penjualan apartemen yang tinggi.

Apalagi,  saat ini pengembang banyak yang memberikan cash installment atau cicilan sekitar 36 bulan. Skema ini tidak masuk kategori KPR, maka tidak terdeteksi BI. "Porsi ini mencakup sekitar 50%-60% di segmen kredit pemilikan apartemen (KPA) Jakarta," ujarnya.

Di luar kota, segmen KPR paling banyak menyasar kelas menengah bawah. Kebutuhan rumah di daerah juga masih lebih tinggi. Di kuartal I, kredit konsumer BNI tumbuh 28,7% menjadi sekitar Rp 42,18 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×