kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

BI belum mencium potensi kekurangan likuiditas


Senin, 19 Mei 2014 / 14:19 WIB
BI belum mencium potensi kekurangan likuiditas
ILUSTRASI. Harga logam mulia Antam bertahan di atas Rp 1 juta per gram sepanjang pekan lalu. SURYA/PURWANTO


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengaku belum mencium adanya potensi risiko yang menyebabkan kekurangan likuiditas pada industri perbankan.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Darsono mengungkapkan, bank sentral terus mengupayakan agar likuiditas perbankan tetap terjaga dengan sehat.

"Kalau potensi yang baru, saya kira tidak ada. Tapi kami terus mencermati bank mana saja yang perlu kami carikan jalan keluarnya," jelas Darsono di Gedung BI, Jakarta, Senin (19/5).

Darsono mencontohkan, otoritas terus mencermati potensi risiko rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) industri perbankan, likuiditas perbankan, serta mengawasi bank mana saja yg rentan terhadap debitur macet karena profil debiturnya yang rentan terhadap gejolak.

Lebih lanjut Darsono menambahkan, saat isu global yang muncul dan wajib dicermati adalah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang ingin mempercepat kenaikan tingkat suku bunga. Nah, hal ini turut pula dicermati oleh Bank Indonesia, sebagai langkah antisipatif

Saat The Fed mengumumkan untuk mengurangi stimulus moneter alias tapering off, Bank Indonesia mencermati potensi risiko industri perbankan yang dikhawatirkan akan mengalami kekurangan likuiditas.

Namun demikian, sejauh ini BI terus mengupayakan agar bank-bank tersebut aman dari dampak tapering off tersebut. "Upaya BI, OJK (otoritas jasa keuangan) dan Kementerian Keuangan lakukan langkah-langkah seperti mendorong ekspor. Kita tidak boleh lengah meski tapering off sudah di antisipasi atau price in oleh pasar dengan melemahnya nilai tukar rupiah," ucapnya.

Selain itu, BI juga terus berupaya untuk menjaga defisit transaksi berjalan agar tidak meningkat lagi. Paling penting, menurut Darsono, adalah dengan menjaga defisitnya transaksi berjalan atau current account defisit.

"Potensi domestik dan eksternal harus diawasi," ujar Darsono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×