Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencermati biaya dana alias cost of fund perbankan dalam negeri yang lebih mahal dibanding negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Alhasil, bunga kredit di Indonesia pun lebih tinggi dibanding negara tetangga.
"Biaya dana kita lebih mahal dibandingkan Filipina dan Malaysia. Memang ada faktor inflasi kita juga lebih tinggi, tapi sebetulnya bukan karena itu," ujar Gubernur BI Darmin Nasution, Rabu (23/5).
Ia memaparkan, di Malaysia rata-rata suku bunga deposito mencapai 2,93% dengan tingkat inflasi 2,1%. Filipina rata-rata suku bunga depositonya sebesar 3,04% dengan tingkat inflasi 3,1%. Sementara di Indonesia (mengambil sampel 14 bank besar), rata-rata suku bunga deposito mencapai 5,75% dengan target tingkat inflasi 4,5%.
Dari data tersebut, terlihat rentang antara suku bunga deposito dan inflasi di Indonesia lebih lebar dibandingkan Malaysia dan Filipina. "Kalau suku bunga deposito kita masih 5,5%-6% sementara negara lain 3%-4%, jarak itu yang harus kita selesaikan. Paling tidak kita harus mendekati ke 3%-4% itu. Ya harus turun secara perlahan," kata Darmin.
Selain soal biaya dana, Darmin juga menyoroti net interest margin (NIM) perbankan Indonesia yang paling besar dibanding negara lain di ASEAN. Malaysia memiliki NIM 2,67%, Filipina 4,06%, dan Indonesia 5,44%. "Ujung-ujungnya bunga kredit kita lebih mahal. Efisiensi bank kita lebih jelek dari negara lain di ASEAN. BOPO bisa jadi ukuran. Ok, BOPO perbankan kita 80%, tapi Malaysia sudah 40%. Kalah kan?" ungkap Darmin.
Di samping persoalan suku bunga, di tataran penyaluran kredit, perbankan Indonesia juga kalah cepat dalam hal memutuskan pemberian kredit. Di negara lain, dengan adanya klasifikasi model bisnis untuk penyaluran kredit, keputusan bisa lebih cepat diambil. "Mereka sudah punya model, kalau bisnis A, model pemberian kreditnya A. Satu bulan proses sudah bisa diputuskan kreditnya. Kalau kita, butuh 7-8 bulan. Pengambilan keputusa pemberian kredit kita terbelakang," lanjut Darmin.
Pembenahan inilah yang perlu terus didorong dan bertahap dilakukan perbankan di Indonesia agar mampu bersaing menghadapi integrasi sektor keuangan ASEAN pada 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News