kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI Berikan Fasilitas Repo untuk SUN


Rabu, 10 September 2008 / 22:50 WIB


Reporter: Arthur Gideon,Magdalena Sihite,Purwadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Likuiditas yang cukup ketat membuat Bank Indonesia (BI) melakukan segala cara agar industri perbankan di Indonesia dapat bertahan. Salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas transaksi repurchase agreement  (repo) untuk Surat Utang negara (SUN) yang dimiliki oleh bank.

Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono mengatakan bahwa  fasilitas repo ini sebenarnya bisa digunakan oleh bank-bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. “Jadi bank jual dulu SUN milik mereka ke BI, nanti BI akan kembalikan dengan harga yang sama saat dia menjual biar tidak merugi,” tuturnya saat acara buka puasa dengan wartawan Senin (8/9).

Tetapi ternyata fasilitas yang telah dikeluarkan sejak awal Februari 2008 ini tak banyak digunakan oleh pihak perbankan. Saat ini, bank lebih suka melakukan pinjaman antar bank. Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Pahala N Mansuri mengatakan bahwa sebenarnya Mandiri sudah beberapa kali uji coba untuk repo SUN beberapa waktu lalu. “Tapi, itu tidak signifikan sebab kurang menguntungkan,” tuturnya. Menurutnya, biaya untuk repo SUN cukup tinggi.

Oleh sebab itu, saat ini Mandiri lebih suka mendapatkan likuiditas dengan melakukan memanfaatkan sumber pendanaan lain. Di antaranya, dari dana pihak ketiga (DPK) atau melakukan placement antar bank.

Kepala Tresuri PT Bank NISP Tbk Suriyanto Chang mengakui, fasilitas repo SUN dari BI mempunyai cost yang besar karena bunga yang harus dibayarkan adalah BI rate plus 3%. “Sedangkan kalau kita melakukan pinjaman di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), bunganya sekitar 9% sampai 9,5%,” tuturnya. Oleh karena itu, perbankan lebih memilih untuk memanfaatkan PUAB untuk menambah likuiditas.

Lebih lanjut Suriyanto mengatakan, anggapan bahwa ada likuiditas seret di perbankan tidak sepenuhnya benar. Buktinya,  likuiditas di PUAB cukup besar dan bunga PUAB overnight tidak naik terlalu tinggi. Suriyanto mengatakan, sejauh ini Bank NISP dapat memenuhi kebutuhan akan likuiditas. Jika memang butuh likuiditas, Bank NISP lebih memilih untuk menggunakan fasilitas PUAB dibanding repo SUN.

Senada dengan Suriyanto, Senior Vice President Treasury Group Bank Mandiri menguraikan bahwa meskipun likuiditas sedang ketat, bunga PUAB overnight tidak melonjak tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×