Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksi bisnis halal lifestyle bisa membantu atasi masalah defisit transaksi berjalan di Indonesia. Hal ini karena bisnis halal mempunyai potensi pertumbuhan yang cukup besar.
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Anwar Bashori mengatakan, industri halal diharapkan bisa menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif,” kata Anwar dalam bincang bincang media, Senin (24/9).
Beberapa produk ekspor halal di Indonesia menurut Anwar sudah terbukti, misalnya adalah wardah yang merupakan produk kosmetik halal nomor tiga di Malaysia. Sedangkan Indomie, juga dikenal merupakan produk halal Indonesia yang sudah dikenal di luar negeri misalnya Afrika dan Arab.
Menurut Anwar, ke depan ada potensi bisnis halal bisa membantu menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan di Indonesia. Namun sebelum bisa berperan untuk membantu APBN, ada beberapa masalah yang harus dibereskan.
Pertama, perlunya meningkatkan halal value chain. Hal ini karena saat ini ekosistem halal di Indonesia belum terintegrasi baik.
Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) mengatakan dengan adanya acara Indonesia international halal seminar & workshop yang diadakan di dalam rangka kegiatan World Bank annual meeting pada 3 dan 4 Oktober 2018 harapannya Indonesia bisa dikenal sebagai produsen bisnis halal potensial di Indonesia.
“Jadi tidak hanya sebagai pasar,” kata Sapta dalam kestan yang sama. Acara halal ini juga sebagai pembuktian bahwa ekonomi Indonesia semakin membaik dan kondusif untuk berinvestasi.
Menurut Sapta, persoalan halal di Indonesia bisa dibilang adalah belum adanya integrasi antara bisnis halal hilir dan hulu.
Sebagai gambaran, bisnis halal lifestyle di Indonesia pada 2017 tercatat mencapai US$ 250 miliar. Diperkirakan angka ini akan mengalami kenaikan 5%-6% pada 2018 atau tahun ini.
Anwar bilang, secara global permintaan konsumen atas produk halal mengalami kenaikan cukup pesat.
“Hal ini mendorong naiknya investasi dan perdagangan pada industri halal, baik di negara islam maupun di negara non muslim,” kata Anwar.
Menurut Anwar, peluang Indonesia sebagai pusat ekonomi halal sangat besar. Hal ini bisa dilihat dari data global Islamic economic report 2017-2018.
Namun yang menjadi perhatian menurut Anwar adalah persaingan bisnis halal di dunia saat ini semakin tinggi. Hal ini bisa dilihat dari penyelenggaraaan acara halal berevent internasional.
Sapta Nirwandar mencatat secara global potensi bisnis halal lifestyle adalah sebesar US$ 3,08 triliun pada 2022. Bisnis terbesar adalah dari halal food, fashion, perjalanan halal, rekreasi halal dan kosmetik halal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News