kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI minta DP kredit properti multifinance tak terlalu kecil


Kamis, 12 Januari 2012 / 17:37 WIB
BI minta DP kredit properti multifinance tak terlalu kecil
ILUSTRASI. Urban Jakarta Propertindo (URBN) menargetkan marketing sales Rp 650 miliar tahun ini.


Reporter: Astri Kharina Bangun |

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat, pertumbuhan kredit properti termasuk yang menonjol dan cepat beberapa waktu terakhir.

"Tapi kami belum menganggap itu sudah bubble," ujar Gubernur BI Darmin Nasution, Kamis (12/1).

Merujuk pada data Statistik Ekonom dan Keuangan Indonesia (SEKI) per November 2011, kredit properti dalam rupiah maupun valas tercatat tumbuh 24,53% menjadi Rp 297,35 triliun dibandingkan Rp 238,76 triliun pada periode serupa tahun 2010. Rinciannya, kredit konstruksi sebesar Rp 77,584 triliun, kredit real estate sebesar Rp 42,8 triliun dan kredit pemilikan rumah (KPR) serta kredit pemilikan apartemen (KPA) sebesar Rp 177,492 triliun.

Darmin menyebut, BI bersama Kementerian Keuangan sudah beberapa kali membicarakan mengenai prinsip kehati-hatian bisnis ini. Pasalnya, kredit tersebut tidak hanya dibiayai perbankan melainkan juga non-bank (multifinance).

"BI memang minta, walaupun tidak seragam tapi prudensialnya sama-sama ada. Kalau di perbankan misalnya down payment 30%, ya di sana (multifinance) jangan 10%-15% dong. Selisihnya jangan terlalu besar supaya tidak terjadi arbitrase, kemudian kredit mengucur terus terlalu besar ke sektor tertentu," tegas Darmin, Kamis (12/1).

Secara keseluruhan, per November 2011 pertumbuhan kredit mencapai 26% dibandingkan November 2010. Kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 36%, 22,2%, dan 26%,

"Kredit di Indonesia tumbuh 25%-26% itu masih termasuk situasi yang normal-normal saja. Karena pertumbuhan ekonomi kita setiap kali mencapai 6% atau lebih, maka pertumbuhan kredit bisa 25%-26%. Bahkan pada 2008 pertumbuhan ekonomi di atas 6%, pertumbuhan kredit kita bisa 30% lebih," papar Darmin.

Oleh karena itu, lanjutnya tidak bisa dipukul rata bahwa jika kredit pertumbuhannya tinggi, maka akan memicu overheating di perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×