Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memusnahkan 5,195 miliar lembar uang kertas sepanjang 2014. Uang dimusnahkan lantaran sudah tidak layak edar. Secara nominal, total uang yang dimusnahkan mencapai Rp 111,57 triliun
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Eko Yulianto mengungkapkan, jumlah pemusnahan uang sepanjang tahun 2014 meningkat 4% jika dibandingkan tahun 2013 yang sebanyak 5,017 miliar lembar.
"Uang yang dimusnahkan merupakan uang yang tidak layak edar karena lusuh, kotor dan tidak utuh," jelas Eko, Rabu (3/2). Mayoritas uang yang dimusnahkan pada tahun 2014 adalah duit bernominal Rp 5.000 dan Rp 2.000, yang mencapai 46% dari total uang yang dihancurkan.
Pecahan uang nominal Rp 2.000 paling banyak dihancurkan di tahun lalu. Jumlahnya mencapai 1,339 miliar lembar, atau naik 5,26% dari tahun 2013 yang sebanyak 1,272 miliar lembar.
Selain itu, 1,051 miliar lembar uang bernominal Rp 5.000 juga dimusnahkan. Jumlah itu meningkat 17,43%, atau tumbuh paling jika dibandingkan nominal uang lainnya.
Uang yang dimusnahkan bank sentral itu akan diganti pada tahun ini. Namun jumlah uang baru pengganti belum tentu sama dengan jumlah uang yang telah dimusnahkan. Jumlah uang yang dicetak akan memperhitungkan sejumlah faktor, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, suku bunga serta nilai tukar.
"Biasanya perhitungan uang yang akan dicetak disusun pada pertengahan tahun untuk bisa memperkirakan kebutuhan uang yang beredar di tahun berikutnya," jelas Eko.
Eko menambahkan, sejauh ini penggunaan uang elektronik belum masuk dalam faktor perhitungan dalam rencana jumlah uang yang diedarkan. Kata dia, penggunaan uang elektronik belum begitu besar namun terdapat tren peningkatan dari tahun ke tahun.
Idealnya, kata Eko, transaksi dengan menggunakan uang elektronik bisa meningkat, sehingga dapat mengurangi biaya dalam pencetakan uang kartal. Asal tahu saja, biaya pembuatan uang dan distribusi uang mencapai Rp 3,5 triliun saban tahun dengan jumlah sekitar 8,3 miliar lembar uang berbagai variasi nominal.
Eko berharap transaksi non tunai dengan menggunakan uang elektronik ini bisa meningkat, sehingga biaya pencetakan dan distribusi uang pun bisa lebih hemat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News