Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Edy Can
JAKARTA. Penguatan yuan bagai pisau bermata dua. Ada sisi negatif dan positifnya bagi Indonesia.
Direktur Riset dan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, penguatan renminbi akan tidak akan berdampak banyak pada ekspor. Sebab, dia menilai ekspor ke China lebih banyak berupa sumber daya alam. "Namun yang akan berdampak adalah ekspor manufaktur," kata Perry, akhir pekan lalu.
Perry menjelaskan, penguatan yuan juga akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah. Dia mengatakan, jika renminbi menguat maka rupiah juga akan turut mengalami hal yang sama.
Nah, dia bilang penguatan yuan ini akan mempengaruhi apresiasi mata uang lainnya di Asia. "Banjir capital inflow akan lebih banyak ke negara lain karena banyak yang sudah menaikkan suku bunga," katanya.
Pemerintah China mendapat tekanan luar biasa untuk membiarkan nilai mata uangnya terapresiasi. Selama ini, Pemerintah China berusaha menahan penguatan yuan. Hal ini membuat banyak negara perang terutama Amerika Serikat karena daya saing ekspor mereka menjadi lemah.
Alhasil, dalam pertemuan Forum G-2) di Korea Selatan, mereka sepakat menghentikan perang mata uang (currency war) ini. Masing-masing negara sepakat membiarkan mata uangnya terapresiasi seiring dengan fundamentalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News