Reporter: Wahyu Satriani |
JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan alias BI rate sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi 6,75% berpotensi menggerus pendapatan bank.
Penurunan ini tak terhindarkan apapun langkah yang diambil perbankan. Menahan bunga kredit atau menaikkan bunga kredit, sama-sama bisa mengurangi pendapatan.
Tony Prasetiantono, Komisaris Independen Bank Permata menjelaskan, dari dua pilihan itu bank cenderung mengambil opsi menahan bunga karena risikonya lebih kecil. "Pada putaran pertama, kenaikan BI rate akan mengurangi pendapatan bank, tetapi tidak banyak," kata Tony.
Bank yang menahan bunga kredit akan mengurangi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). Bank berpotensi kehilangan pendapatan sekitar 4%. Menurut Toni, ini biasanya dengan estimasi bunga deposito sama dengan BI rate 6,75%.
Bank bisa saja menaikkan bunga kredit untuk mengompensasi kenaikan bunga dana.
Namun pilihan ini memicu kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Bila ini terjadi, bank harus mengeluarkan dana lebih besar lagi untuk menaikkan provisi atau pencadangan. "Ini menurunkan pendapatan, lebih besar lagi," katanya.
Bank bisa menaikkan bunga kredit jika BI rate naik di atas 7%, karena sudah tak bisa menghindarinya. Tony menilai, BI bisa mempertahankan BI rate di 6,75% selama pemerintah belum merealisasikan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi.
Ekonom Mirza Adityaswara menambahkan, terkereknya suku bunga acuan akan diikuti naiknya suku bunga simpanan. Ujung-ujungnya, bunga kredit bisa naik. Jika ini terjadi, NPL kredit konsumsi paling pertama melonjak.
Maklum, kredit ini paling banyak mengucur ke masyarakat kelas menengah bawah yang sangat rentan dengan perubahan suku bunga. Mengingat akan bahaya itu, bank sangat berhati-hati memutuskan menaikkan bunga kredit.
Mempelajari pasar
Bank Rakyat Indonesia (BRI) memilih menahan bunga kredit. Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan pihaknya akan melakukan efisiensi untuk menutupi turunnya NIM. "Kami akan menekan biaya operasional dan menaikkan dana murah," tuturnya.
Bank Mandiri juga tidak akan menaikkan bunga deposito dan kredit. Menurut Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N. Mansury, kondisi likuiditas perseroannya masih baik. "Belum ada kebutuhan tersebut," sebut Pahala.
Bank Jasa Jakarta mengambil sikap menunggu bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Meski bunga deposito naik, bank ini tidak akan menaikkan bunga kredit. "Kami akan mempelajari market lebih dahulu," kata Lisawati, Wakil Direktur Utama Bank Jasa Jakarta.
Selain melakukan efisiensi, bank juga akan menggenjot pendapatan non bunga (fee based income). Bisnis non-inti ini diharapkan dapat menopang laba, ketika pendapatan bunga turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News