Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan alias BI-Rate sebesar 25 basis poin ke level 5,75% diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan kredit perbankan di tahun ini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November kredit perbankan meningkat sebesar 10,79% secara year on year (YoY) menjadi Rp 7.717 triliun. Walau demikian, angka tersebut turun tipis dibandingkan kinerja kredit perbankan bulan sebelumnya atau pada Oktober 2024 yang tumbuh sebesar 10,92% YoY atau sebesar Rp 7.657 triliun.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, dengan turunnya suku bunga acuan, pihaknya tetap beraspirasi untuk mempertahankan dominasi penyaluran kredit dengan menjaga pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri.
Baca Juga: BI Prediksi Ekonomi RI Terus Tumbuh, Namun Tantangan Global Tetap Menghantui
"Meskipun penurunan suku bunga memberikan angin segar bagi pertumbuhan kredit, kami tetap menyadari adanya beberapa tantangan yang perlu diwaspadai, seperti kondisi ekonomi global yang masih belum sepenuhnya stabil dan potensi peningkatan risiko kredit. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kami akan terus memperkuat manajemen risiko dan selektif dalam memilih debitur," ungkap Sigit kepada kontan.co.id, Senin (20/1).
Terkait dengan sektor yang menjadi target pertumbuhan, pihaknya menargetkan untuk tumbuh pada sektor-sektor yang prospektif dan terbukti resilien sesuai dengan loan portfolio guideline seperti industri farmasi & kesehatan dan industri makanan & minuman.
Selain itu, Bank Mandiri juga disebut mempertimbangkan hal lain salah satunya kondisi likuiditas pasar yang diproyeksikan masih ketat.
Oleh karena itu, bank berlogo pita emas ini akan mendorong penghimpunan DPK terutama Dana Murah (CASA) tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan kredit untuk menyeimbangkan antara pengelolaan likuiditas yang sehat dan penyaluran kredit yang optimal.
Baca Juga: Kebijakan Wajib Parkir Devisa Hasil Ekspor SDA 100% Dimulai Maret 2025
Kendati belum merilis laporan keuangan tahunan di 2024, per November 2024 Bank Mandiri berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.283,44 triliun atau tumbuh 22,69% secara tahunan.
Di sisi lain, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, dengan turunnya bunga acuan di harapkan Cost of Fund bisa berangsur turun sehingga kredit menjadi bisa lebih menarik bagi nasabah across segment.
"Pada tahun ini, kami akan tetap fokus di kredit segmen UMKM, KKB auto, kartu kredit dan pertumbuhan lebih mild di korporasi. Kami harapkan KKB auto lewat CNAF bisa tetap tumbuh double digits, dan UMKM tetap bisa tumbuh sekitar 10%," terang Lani.
Per November 2024 Bank CIMB Niaga berhasil menjaga pertumbuhan kredit sebesar 4,65% YoY mencapai Rp 152,52 triliun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 145,74 triliun.
Sementara itu, seiring dengan turunnya bunga acuan PT Bank Negara Indonesia (BNI) menargetkan pertumbuhan kredit di tahun ini sebesar 8%-10%. Kemudian pertumbuhan di segmen korporasi dan konsumer sekitar 10%-12%.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Perbankan Diperkirakan Masih Ketat di Triwulan I-2025
"Kami melihat peluang di segmen korporasi ada di beberapa sektor yang masih memiliki prospek yang positif. Seperti, sektor komunikasi, infrastruktur, perindustrian. Hal ini juga sejalan dengan program pemerintah terkait pembangunan, juga organisasi industri," ungkap Novita Widya Anggraini, Direktur Finance BNI.
Kemudian dari segmen konsumer, yang masih memiliki prospek yang positif, yakni kredit payroll atau yang biasa disebut dengan produk kredit Fleksi, kemudian kredit mortgage, serta joint financing dengan salah satu anak perusahaan.
"Jadi peluang untuk tumbuh di segmen korporasi dengan tiga produk unggulan di segmen konsumer seperti yang saya sebutkan tadi masih cukup tinggi. Memang ada kenaikan PPN khususnya untuk yang barang mewah, tapi dengan strategi kami di diferensiasi produk-produk konsumer tersebut, kami masih optimis bahwa kami bisa mencapai target yang diharapkan," jelasnya.
Adapun per Desember 2024 kredit BNI tumbuh 11,62% yoy menjadi Rp 775,87 triliun dari Rp 695,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BI Cermati Ruang Penurunan Suku Bunga ke Depan
Pengamat perbankan yang juga praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo juga menilai, penurunan suku bunga acuan ke level 5,75% berpotensi meningkatkan pertumbuhan kredit perbankan dengan menurunkan biaya pinjaman bagi debitur.
Lebih lanjut, ia menjabarkan, kredit konsumsi, seperti kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), serta kredit investasi dan modal kerja diproyeksikan meningkat karena suku bunga yang lebih rendah mendorong permintaan kredit.
"Tapi keberhasilan kebijakan ini bergantung pada respons pasar. Jika sentimen konsumen dan bisnis masih lemah akibat ketidakpastian global, maka dampak penurunan suku bunga terhadap pertumbuhan kredit mungkin terbatas. Bank juga perlu berhati-hati terhadap risiko kredit, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang masih rentan," ungkap pria yang akrab disapa Didiet ini.
Selanjutnya: Wamenperin Sarankan Marketplace Prioritaskan Produk Made in Indonesia
Menarik Dibaca: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan kepada Anak Setiap Hari, Orang Tua Wajib Tahu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News