kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

BI Sebut Insentif Likuiditas Diarahkan untuk Dorong Pertumbuhan Kredit Perbankan


Kamis, 20 Februari 2025 / 21:31 WIB
BI Sebut Insentif Likuiditas Diarahkan untuk Dorong Pertumbuhan Kredit Perbankan
ILUSTRASI. Kredit Perbankan: Teller menghitung uang di Hana Bank, Jakarta, Senin (13/1/2025). Bank Indonesia (BI) kembali melonggarkan kewajiban penempatan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk mendorong ekspansi kredit perbankan.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seakan menjawab keluhan para bankir terkait likuiditas, Bank Indonesia (BI) kembali melonggarkan kewajiban penempatan Giro Wajib Minimum (GWM). Dalam hal ini, setoran bank-bank untuk BI dikurangi dengan harapan bisa untuk melakukan ekspansi kredit.

Secara jelas, dalam insentif likuiditas makroprudensial terbaru, bank berpeluang mendapatkan potongan GWM sebanyak 5% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Sebelumnya, maksimal potongan GWM dari insentif tersebut hanya sekitar 4% dari DPK.

Sebagai informasi, selama ini bank memiliki kewajiban untuk menempatkan giro di BI sebanyak 9% dari total DPK. Artinya, dengan insentif tersebut, bank yang memenuhi syarat insentif tersebut, bisa saja hanya menempatkan GWM sebanyak 4% dari total DPK.

Baca Juga: BI Sebut Insentif Likuiditas Makroprudensial Dorong Pertumbuhan Kredit

Namun, perlu diingat, Gubernur BI Perry Warjiyo bilang insentif likuiditas ini diarahkan untuk mendorong kredit perbankan untuk mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Di antaranya, Perry bilang  itu untuk insentif likuiditas ke program perumahan.

“Kami akan terus melihat kembali, mengkaji dukungan-dukungan apalagi dari kebijakan-kebijakan Bank Indonesia termasuk kebijakan insentif likuiditas tadi untuk sektor-sektor yang lain,” ujar Perry (19/2).

Adapun, relaksasi GWM yang sudah mulai berlaku sejak beberapa tahun terakhir ini juga mulai tampak secara industri. Per November 2024, penempatan giro pada BI yang dilakukan perbankan tercatat senilai Rp 502,91 triliun atau mengalami penurunan sekitar 15,79% secara tahunan (YoY).

Perry pun juga mengungkapkan bahwa penguatan insentif tersebut membuat pertumbuhan kredit perbankan yang masih berlanjut. Ditambah, Perry bilang ada juga realokasi alat likuid yang mendorong kredit bisa tumbuh sampai 10,27% YoY pada Januari 2025.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon L.P. Napitulu pun mengungkapkan bahwa penambahan insentif likuiditas tentu akan berdampak pada kinerja BTN nantinya. Sebab, ia bilang selama tahun 2024, BTN mengalami tekanan dalam likuiditas yang mahal.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Kredit Perbankan, BI Perluas Insentif Likuiditas Mulai Awal 2025

Kondisi tersebut tercermin dari beban bunga yang membuat pendapatan bunga bersih BTN mengalami koreksi. Per Desember 2024, BTN hanya membukukan pendapatan bunga bersih Rp 11,73 triliun atau turun 14,1% YoY.

Hanya saja, Nixon tak mau menyebutkan secara pasti berapa kemungkinan likuiditas yang bertambah dari adanya insentif tersebut. Setidaknya, sepanjang 2024, penempatan BTN di BI sudah turun cukup dalam hingga 43,74% YoY menjadi Rp 27,4 triliun.

“Kita lihat dulu ya nanti kita hitung, pastinya akan sangat bantu likuiditas terutama untuk perumahan rakyat,” ujar Nixon.

Lebih lanjut, Nixon optimistis kinerja BTN bakal berbalik bagus di tahun ini setelah di 2024, labanya mengalami penurunan 14% YoY. Ia menargetkan kinerja laba BTN pada tahun ini bisa tumbuh di kisaran 10% hingga 15%.

Sementara itu, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Haryanto T. Budiman belum bisa banyak berkomentar terkait seberapa besar dampak tambahan insentif tersebut. Sebab, menurutnya, saat ini banyak variabel yang mempengaruhi pertumbuhan kredit di perbankan.

Oleh karenanya, Haryanto bilang saat ini BCA hanya menargetkan pertumbuhan kredit di tahun ini hanya di kisaran 6% hingga 8%. Dengan harapan, kondisi bisa berubah sehingga BCA bisa mencatatkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari target tersebut.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Kredit Perbankan, BI Perluas Insentif Likuiditas Mulai Awal 2025

“Sebenarnya jujur aja, sulit bagi semua perusahaan untuk bisa yakin bahwa pertumbuhan itu akan sekian persen. Kita harus selalu melakukan adjustment-adjustment,” ujar Haryanto.

Di sisi lain, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan pun mengingatkan perbankan bahwa perlu diingat potongan GWM ini hanya membantu likuiditas bank dalam jangka pendek. Di mana, saat ini kebutuhan insentif memang sangat dibutuhkan.

Dalam jangka panjang, bank tetap harus menjaga dan mempersiapkan likuiditasnya, tapi kalau likuiditas sudah mulai longgar, penempatan dana pada SRBI tak bisa dihindari,” ujarnya.

Selanjutnya: Viral! Kementerian PKP Undang Dewa 19, Ara: Tanpa APBN, Dhani Tampil Tanpa Bayaran!

Menarik Dibaca: Segera Cek Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Pada Jumat, 21 Februari 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×