Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kebutuhan likuiditas di industri perbankan, Bank Indonesia (BI) semakin rajin menggelontorkan insentif likuiditas makroprudensial. Di mana, insentif tersebut untuk penyaluran kredit di sektor-sektor tertentu.
Gubernur BI Perry Warjiyo bilang hingga akhir tahun, kemungkinan total insentif tersebut akan mencapai Rp 280 triliun. Itu juga tergantung seberapa aktif perbankan dalam menyalurkan kredit di sektor-sektor prioritas yang sudah ditentukan.n
"Kalau bank semakin rajin ini juga akan terus naik sampai Rp 280 triliun dan tentu saja termasuk di dalamnya adalah untuk UMKM," ujar Perry, Jumat (2/8).
Baca Juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Terjaga pada Kuartal II-2024
Lebih rinci, Perry menyebutkan hingga Juni 2024, insentif likuiditas yang sudah digelontorkan sudah mencapai Rp 255,8 triliun. Ini naik dari posisi Maret 2024 yang sebelumnya senilai Rp 165 triliun.
Ia menambahkan insentif tersebut juga dibagikan ke semua kategori bank yang ada. Paling besar, bank-bank milik BUMN sudah mendapat insentif senilai Rp 118,4 triliun.
Selanjutnya, ada bank swasta yang mendapatkan insentif likuiditas per Juni 2024 mencapai Rp 108,9 triliun. Di mana, per Maret 2024, bank swasta baru mendapat insentif Rp 64,8 triliun.
Tak ketinggalan, BPD juga turut merasakan insentif likuiditas makroprudensial ini senilai Rp 24,9 triliun. Sementara, yang paling kecil adalah untuk kantor cabang bank luar negeri yang senilai Rp 3,5 triliun.n
"Bagaimana kebijakan moneter yang prostabilitif ini tidak mengganggu stabilitas pertumbuhan kredit dan pembiayaan, maka kami naikkan insentif likiditasnya," tandasnya.
Baca Juga: BI: SRBI Instrumen Pasar yang Likuid, bukan Saingan Kredit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News