kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.209   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.097   0,57   0,01%
  • KOMPAS100 1.061   -1,66   -0,16%
  • LQ45 834   -1,33   -0,16%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,55   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,79   0,15%
  • IDX80 121   -0,21   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,28   -0,22%
  • IDXQ30 142   -0,01   0,00%

Bisnis bank di Indonesia masih gurih


Senin, 01 Oktober 2012 / 08:00 WIB
Bisnis bank di Indonesia masih gurih
ILUSTRASI. batubara. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Pasca penerbitan aturan kepemilikan saham bank oleh Bank Indonesia (BI) pada Juni 2012, banyak investor asing maupun lokal yang mengajukan izin rencana mengakuisisi bank lokal. Pemodal asing maupun lokal sanggup memenuhi aturan itu, yakni kepemilikan saham lembaga keuangan maksimal sebesar 40%. Artinya, investor rela tidak menjadi pemegang saham mayoritas.

Lambok Siahaan, Direktur Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan BI, mengatakan, investor asing lebih mendominasi dibandingkan lokal. Sayang, ia belum dapat menyampaikan siapa calon pemilik bank anyar itu.  "Beberapa permohonan belum sepenuhnya   sesuai persyaratan, lalu ada juga yang sudah diskusi dengan bank-bank terkait," katanya.

Menurut dia, minat investor mengakuisisi perbankan lokal masih tinggi karena industri perbankan Indonesia paling mampu menjaga kestabilan pasar dari dampak krisis global. Misalnya, per Juli 2012, kredit tumbuh 24% atau mencapai Rp 2.487 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) meningkat 20% menjadi Rp 2.961 triliun.

Peningkatan pertumbuhan kredit ini juga menggerek pendapatan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang semakin menyebabkan investor tergiur. Per Juli, NIM tercatat 5,41%.

Ada beberapa bank yang tengah mengantre diakuisisi. Sebut saja  Bank Ina dan Bank Mestika yang diminati investor asal Malaysia, yakni Affin Bank dan RHB Capital. Ada pula kajian proses akuisisi DBS Group Holding Ltd terhadap Bank Danamon, yang sedang dalam penelitian bank sentral (Harian KONTAN, 4 September 2012). "Akuisisi Bank Danamon tetap berlanjut," katanya.

Dody Arifianto, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menilai, pasar perbankan di Indonesia masih potensial untuk tumbuh lebih tinggi di masa mendatang.

Pertumbuhan kredit bisa di atas 23% karena sumber dana bank juga tinggi. Apalagi, NIM masih di atas 5,5% dan rata-rata fee based income tumbuh 20%-22% per tahun. "Keuntungan bank di Indonesia menggiurkan," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×