Reporter: Mona Tobing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nasib pelaku bisnis pialang atau broker perasuransian semakin tak menentu. Pertumbuhan kontribusi premi para broker lebih rendah dibandingkan laju kenaikan total premi. Bila tidak ada perubahan kebijakan, nasib broker diperkirakan tetap suram di masa depan.
Nanan Ginanjar, Ketua Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi Reasuransi Indonesia (Apparindo), mengakui, peranan para broker di industri perasuransian semakin berkurang. Penyebabnya, perusahaan asuransi belum banyak yang menggunakan jasa broker. Apalagi, perusahaan asuransi jiwa malah tidak menggunakan jasa broker sama sekali.
Tak hanya itu, Nanan mengatakan, ada kecenderungan perusahaan asuransi memandang broker sebagai kompetitor. "Sehingga pertumbuhan pendapatan fee broker lebih rendah dibandingkan pertumbuhan premi secara nasional," kata Nanan, Rabu (31/10).
Apparindo mencatat, per September 2012, total premi broker sebesar Rp 7,2 triliun atau tumbuh sekitar 10% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara pendapatan premi bruto asuransi umum sepanjang semester I 2012 mencapai Rp 18,89 triliun alias tumbuh 13% dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan premi bruto asuransi jiwa lebih besar lagi yaitu mencapai 16,7% menjadi Rp 49,65 triliun.
Di sisi lain, jumlah broker semakin banyak. Tahun ini terdapat lima pendatang baru sehingga totalnya ada 160 broker yang menjadi anggota Apparindo. Tahun depan, bakal ada dua perusahaan broker asuransi yang berdiri.
Kondisi ini memantik perang tarif. "Perang tarif premi asuransi menjadikan bisnis kami semakin sulit," kata Nanan. Perang tarif premi asuransi properti dan kendaraan sudah menjadi rahasia umum. Padahal, dua produk itu penyumbang terbesar premi asuransi umum di atas 50%.
Broker juga harus menghadapi persaingan sistem pemasaran. Belakangan, banyak perusahaan asuransi lebih memilih menggunakan agen. Saat ini, jumlah agen asuransi umum mencapai 15.000 orang, dan hingga akhir tahun ada penambahan sekitar 1.000 agen bersertifikat.
Sejumlah perusahaan asuransi umum juga menerapkan sistem pemasaran baru. Mereka menjalin kerjasama pemasaran dengan perbankan (bancassurance).
Masuk retail
Isa Rachmatawarta, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menilai, terhambatnya bisnis para broker karena cenderung menyasar pasar korporasi. Padahal, pertumbuhan pasar di sektor korporasi cukup lambat. Maklum, pasar korporasi sudah menggunakan produk asuransi sejak lama.
Menurut Isa, broker harus mulai memperbesar segmen ritel atau individual. Dengan membuka pasar segmen ritel, broker asuransi diharapkan dapat juga memperluas jasa layanannya seperti financial planner.
"Sebaiknya, perusahaan broker asuransi mulai mix and match untuk menyasar pasar ritel, sehingga bisa meminimalisir risiko bila ada hambatan di pasar korporasi," tandas Isa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News