kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis cash management perbankan tumbuh pesat ditopang transaksi fintech & e-commerce


Minggu, 05 September 2021 / 17:02 WIB
Bisnis cash management perbankan tumbuh pesat ditopang transaksi fintech & e-commerce
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di kantor cabang BNI./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/22/06/2021.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis layanan cash management system (CMS) atau pengelolaan kas di perbankan mengalami pertumbuhan pesat. Transaksi layanan ini meningkat sehingga mendatangkan kenaikan pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI). Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya transaksi fintech dan e-commerce. 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya mencatatkan frekuensi transaksi CMS 214 juta per Juni 2021 atau melonjak 61% YoY dan menghasilkan FBI Rp 141 miliat atau tumbuh 74%. Hingga Juli, transaksinya terus bertambah hingga 250 juta atau melesat 167% YoY. 

Pemimpin Divisi Solusi Wholesale BNI Agung Kurniawan mengatakan, pertumbuhan transaksi tersebut mendorong FBI yang didapat dari CMS tumbuh 45,6% YoY per Juli. Dia bilang, meningkatnya transaksi fintech dan e-commerce menjadi pendorong utama kenaikan transaksi CMS ini. "Transaksi fintech dan e-commerce mencakup hampir 50% dari transaksi CMS kami," ungkapnya pada KONTAN, Jumat (3/9).

Target awal transaksi CMS yang dipatok perseroan sudah tercapai sejak Juni. Dengan berbagai inovasi dan perbaikan yang dilakukan perseroan, frekuensi transaksi diperkirakan akan terus meningkat hingga 400 juta pada akhir tahun. 

Agung menjelaskan, fitur CMS yang paling banyak digunakan adalah BNI E-Collection atau mencakup hampir 50% dari total transaksi. BNI E-Collection merupakan solusi rekening virtual yang dapat digunakan untuk bertransaksi dan terafiliasi dalam 1 rekening pooling sebagai sumber dana. 

Baca Juga: Gandeng fintech dan e-commerce, BCA salurkan kredit secara digital Rp 112,4 miliar

Dengan BNI E-Collection, transaksi lebih cepat dan praktis tanpa perlu menampilkan nomor rekening biller, dan memudahkan biller dalam mengidentifikasi customer serta memudahkan proses rekonsiliasi. Transaksi BNI E-Collection saat ini didominasi oleh nasabah fintech dan e-commerce.

Saat ini, BNI tengah  mengembangkan fitur baru layanan CMS, yaitu Smart Commerce Pay (SCPay) yakni inisiatif inovasi berbasis digital untuk menjadi wadah kolaborasi para entitas bisnis yang terlibat, dan membentuk ekosistem bisnis yang secara aktif melakukan transaksi perbankan. 

"Dengan SCPay, nasabah memiliki berbagai opsi instrumen pembayaran baik tunai maupun non tunai, dengan tanggal efektif transaksional yang dapat disepakati antara pihak pembayar dan penerima dalam suatu komunitas atau ekosistem bisnis," lanjut Agung.

Hingga Juli 2021, total nasabah CMS BNI mencapai 70.000 yang terdiri dari berbagai segmen mulai instansi pemerintah, universitas, fintech, e-commerce, Pemda, BUMN, hingga perusahaan multinasional.

BNI akan terus melakukan upaya transformasi di dalam pengembangan solusi bisnis digital yang bertujuan untuk memberikan solusi digital secara menyeluruh dengan pendekatan customer centric dari seluruh ekosistem baik ekosistem perusahaan maupun pemerintahan (ekosistem smart city) dan memanfaatkan kekuatan value chain nasabah korporasi BNI yang akan menghasilkan bisnis turunan untuk segmen menengah, small, dan retail.

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat volume transaksi CMS per Juli 2021 tumbuh 26% secara year on year (YoY) menjadi Rp 2 triliun. Namun, secara frekuensi turun 14% jadi 23,7 juta. Kendati begitu, FBI yang didapat perseroan mencapai Rp 45 miliar atau tumbuh 41% YoY. 

Agus Noorsanto, Direktur Hubungan Kelembagaan dan BUMN mengatakan, fitur layanan CMS yang paling banyak digunakan adalah  transfer dan account pooling. Tahun ini, BRI melengkapi layanan CMS ini dengan menghadirkan fitur-fitur serta platform terkait ekosistem bisnis nasabah, seperti Corporate Billing Management (CBM) yang akan mendukung digitalisasi transaksi supply chain antara distributor, vendor dan principal. 

"Dengan adanya CBM ini diharapkan dapat mendorong transaksi Cash Management BRI, serta mempermudah transaksi nasabah yang beralih dari manual ke arah digital, sehingga dapat mendukung efisiensi bisnis nasabah," kata Agus, Kamis (2/9).

Baca Juga: Kredit konsumer tumbuh pada Juli, bankir berharap tak ada lagi pengetatan mobilitas

Total pengguna CMS BRI saat ini mencapai  41.000 nasabah yang terdiri dari nasabah wholesale maupun non wholesale. BRI akan terus menawarkan kelengkapan fitur CMS guna mendorong peningkatan jumlah penggunaan CMS. Sementara untuk mendorong transaksi, perseroan akan masuk ke daam ekosistem bisnis para nasabahnya.

Bank Mandiri juga menorehkan pertumbuhan cukup baik pada bisnis layanan CMS ini. Tri Nugroho, SVP Transaction Banking Wholesale Bank Mandiri mengatakan, jumlah nasabah pengguna layanan CMS perseroan mencapai lebih dari 520.000 nasabah bisnis dengan pertumbuhan frekuensi dan nilai transaksi rata-rata lebih dari 41 % YoY hingga Juli. 

Pendapatan yang dikantongi dari layanan CMS tercatat tumbuh 21% YoY. Tri menjelaskan, pertumbuhan transaksi CMS tersebut  didorong oleh peningkatan transaksi payroll dan ke 3rd party di kanal cash management system dan API based payment di tengah pandemi.

CMS identik sebagai solusi digital bagi segmen wholesale. Untuk mendukung percepatan digitalisasi segmen wholesaale ke depan, kata Tri,  Bank Mandiri terus melakukan beberapa inisiatif pengembangan layanan ini seperti pengembangan capability & user experience layanan berbasis portal dan API.

Selanjutnya: OJK perpanjang restrukturisasi kredit hingga Maret 2023, ini komentar Bank Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×