Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pegadaian terus mengembangkan bisnis syariah guna memenuhi kebutuhan serta permintaan nasabah. Meski begitu, Pegadaian menyampaikan, bisnis syariah pada tahun ini lebih berat pertumbuhannya dikarenakan banyak produk-produk yang berbasis non gadai atau rahan yang masih terkontraksi akibat terdampak pandemi covid-19.
"Karena pandemi kemarin kemudian juga beberapa produk yang berbasis haji dan umroh kan dipending kunjungannya itu berpengaruh kepada permintaan penyaluran," kata Direktur Produk Pegadaian Harianto Widodo kepada kontan.co.id.
Harianto mengatakan, sampai Februari 2021 masih ada pertumbuhan bisnis, itupun lebih ditopang oleh gadai. Untuk gadai syariah tercatat, pertumbuhannya sekitar 2%. "Tetapi memang untuk yang berbasis non gadai ada kontraksi atau turun bahkan sampai yang gross nya itu minus hampir 3%," ujar Harianto.
Ia menjelaskan adanya kenaikan sekitar 2% itu ditopang oleh penyaluran baru, sedangkan angsuran dan pelunasan yang masih berjalan karena restrukturisasi kemarin karena Pegadaian ada restrukturisasi kredit diperpanjang sampai dengan tahun ini.
Baca Juga: Ada aturan baru tentang PPh terkait emas, bagaimana dampaknya bagi Pegadaian?
"Jadi orang yang diberi kelonggaran untuk bisa mengangsur dan melunasi kan mereka melakukan pelunasan sedangkan pencairan barunya relatif lebih sedikit. Sehingga akhirnya turun jadi lebih banyak karena penyaluran kredit yang baru lebih rendah dibanding angsuran," jelasnya.
Sementara itu Harianto mengungkapkan, untuk yang non gadai, terkontraksi karena pembiayaan mikro masih belum pulih sehingga restrukturisasi kemarin masih banyak orang yang mengangsur dan jadi ekspansinya untuk yang non rahan masih lambat dan cenderung minus.
"Kalau over all akhir tahun lalu tumbuh sekitar 8% tapi non gadai terkontraksi hampir 20%. Saya pikir semua industri juga mengalami hal yang sama tahun lalu," tutur Harianto.
Kendati begitu, di tahun ini pihaknya menargetkan bisnis gadai syariah bisa tumbuh sekitar 10%. Hal ini lebih didorong oleh gadai, tetapi menurut Harianto memang masih banyak tantangannya di tengah pandemi. Sampai saat ini pun permintaan kredit belum setinggi tahun-tahun yang biasanya sebelum pandemi.
Untuk momen bulan puasa dan lebaran tahun ini, Harianto menargetkan ada kenaikan sedikit sekitar 2%-3%. Kendati demikian, menurutnya tidak seperti tahun lalu karena memang belum semua sektor informal maupun yang UMKM bisa bergerak normal. Apalagi dengan adanya larangan mudik, dan pandemi belum pulih hal tersebut cukup berdampak pada permintaan modal kerja di lapangan.
"Tahun lalu itu penopangnya karena kenaikan harga emas jadi yang bergerak itu memang lebih banyak produk-produk yang berbasis gadai. Tahun ini kan harga emas mungkin tidak setinggi tahun lalu sehingga pendorong pertumbuhan dari kenaikan harga emas mungkin tidak seperti tahun lalu. Tahun lalu tinggi banget kenaikannya setahun itu bisa sampai 27% pertumbuhan harga emasnya," kata Harianto.
Baca Juga: Pegadaian gelontorkan dana PIP senilai Rp 1,5 triliun untuk pelaku usaha ultra mikro
Harianto menegaskan terkait pandemi Covid-19 target perusahaan dapat terpengaruhi. Namun, hingga saat ini pihaknya akan memaksimalkan kinerja serta menerapkan beberapa strategi yang telah ditetapkan.
Seperti tetap mendorong beberapa relaksasi kredit, kemudian fitur-fitur produk juga sudah di improve. Pihaknya juga sedang menggencarkan untuk pembiayaan melalui instansi-instansi yang bekerjasama dengan bendahara.
"Misalnya pembelian kendaraan bermotor secara berkelompok sehingga kita sasar apakah itu kepada pegawai-pegawai di perusahaan atau komunitas itu yang repayment capacity nya terbaca jelas jadi strateginya lebih banyak ke situ ke pendekatan kelompok-kelompok komunitas supaya risiko kreditnya juga tidak terlalu tinggi," imbuh Harianto.
Selanjutnya: Awas, ini daftar bisnis gadai ilegal menurut OJK, hindari jangan jadi korban
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News