kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis mikro bank swasta terhimpit BUMN


Kamis, 27 April 2017 / 09:42 WIB
Bisnis mikro bank swasta terhimpit BUMN


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Beberapa bank swasta mengaku persaingan di bisnis mikro semakin ketat. Hal ini karena penguasa pasar kredit mikro yaitu Bank BUMN seperti BRI dan Mandiri mendapatkan amunisi tambahan yaitu penyaluran KUR (kredit usaha rakyat).

Seperti diketahui, bunga program KUR adalah 9% atau jauh dari bunga pasar kredit mikro antara 17% sampai 19%. Program KUR seperti diketahui mempunyai plafon yang mirip dengan kredit mikro bank swasta, hanya pemerintah memberikan subsidi sehingga bunga bisa lebih rendah.

Beberapa bank swasta bahkan mengaku sudah menyerah untuk mengembangkan bisnis mikronya. CIMB Niaga mengaku sudah tidak akan mengembangkan bisnis mikronya lagi ke depannya, karena akan fokus ke bisnis UKM yang dinilai mempunyai prospek yang lebih bagus.

Tigor Siahaan, Presiden Direktur CIMB Niaga mengatakan fokus bank ke depan bukan bisnis mikro tapi lebih ke bisnis SME (small medium enterprises) atau UKM.

“Karena keahlian kami bukan ke sana (bisnis mikro,), Itu keahlian BRI,” ujar Tigor dalam konferensi pers peresmian CIMB Niaga menjadi BUKU IV, Selasa (25/4) lalu.

Selain itu, Tigor mengakui bahwa persaingan bisnis mikro ini semakin ketat karena BRI sangat fokus menggarap sektor ini.

Satinder Pal Singh Ahluwalia, Direktur Risiko dan Bisnis Mikro Bank Danamon mengaku memang ada beberapa bank pemain mikro yang sudah tidak akan lagi mengembangkan bisnis mereka.

“Banyak tantangan di industri, yang paling utama adalah karena adanya program KUR,” ujar Ahluwalia menjawab pertanyaan KONTAN, Rabu (26/4).

Saat ini menurut Ahluwalia, hanya beberapa pemain mikro tersisa yang masih mengembangkan bisnisnya. Selain Danamon, hanya BTPN dan Bank Sampoerna yang masih serius menggarap bisnis ini.

Untuk bertahan di bisnis kredit mikro, beberapa bankir swasta sudah menyiapkan beberapa strategi.

Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan CIMB Niaga mengatakan bank akan melakukan efisiensi cabang bisnis mikro. Tahun ini bank berkode BNGA ini masih akan melakukan pengurangan cabang mikro laju.

“Pada tahun lalu jumlah cabang mikro laju 39 outlet kami akan kurangi dan konsolidasi ini di tahun ini,” ujar Wan, Selasa (25/4). Selain tidak akan menambah cabang, CIMB juga tidak akan menambah nasabah di bisnis mikro.

Ahluwalia juga mengatakan bank masih akan melakukan pengurangan di bisnis kredit mikro tahun ini. Saat ini jumlah cabang bisnis mikro Danamon yaitu Danamon Simpan Pinjam (DSP) sebesar 400 cabang.

Selain itu Bank Danamon juga akan bermain di segmen mikro yang lebih atas yaitu maksimal Rp 1,5 miliar. “Kami juga ingin mengoptimalkan teknologi untuk mengembangkan bisnis mikro ini,” ujar Ahluwalia.

Sis Apik Wijayanto, Direktur Konsumer BRI mengakui memang tidak mudah bagi suatu bank untuk masuk ke bisnis mikro. Hal ini karena untuk menggarap bisnis mikro bank harus bisa mengendalikan biaya operasional cabang dan mempunyai pengalaman yang cukup.

“Kelebihan BRI adalah sudah lama di bisnis ini dan memahami pendekatan yang tepat dalam penyaluran kredit mikro,” ujar Sis Apik.

Pada tahun ini BRI mengaku masih membidik kenaikan bisnis mikro double digit. Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan anak usaha dan teknologi dalam penyaluran bisnis mikro.

Sebagai gambaran saja, sampai Februari 2017, pangsa pasar bank swasta dalam kredit mikro hanya 8,87% dari industri atau Rp 15,9 triliun. Bandingkan BUMN yang menguasai hampir 86% atau Rp 154,7 triliun. Pangsa pasar bank swasta dalam tiga tahun terakhir tercatat turun hampir 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×