Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah konsumen pengguna metode bayar tunda alias Buy Now Pay Later terus bertambah. Kredivo melakukan sebuah studi, hasilnya menunjukkan peningkatan penggunaan paylater yang sebelumnya pada 2021 sebesar 12% meningkat menjadi 17% pada 2022.
Artinya, riset ini menunjukkan keunggulan utama yang paling dirasakan oleh konsumen seperti, aspek pemenuhan kebutuhan, terutama saat mereka tidak memiliki kecukupan dana. Selain itu, paylater menjadi alternatif pembayaran cicilan selain kartu kredit.
Akan tetapi, pemain di bisnis paylater mesti waspada. Sebab, Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan rata-rata rasio kredit macet atawa nonperforming loan (NPL) di industri paylater mendekati angka 8%, tepatnya di level 7,61 persen per September 2022.
Dari sisi pemain, Presiden Direktur Akulaku Finance Erfinal Sinaga mengaku, NPF nett di perusahaan sekitar 3%. Lebih lanjut, kredit macet di Akulaku Finance umumnya hampir merata di semua sektor, terutama Home Appliances, perlengkapan, gadget, dan fashion.
"Kami memiliki antisipasi dan strategi agar kredit macet tidak membengkak seperti penguatan dalam hal collection dan evaluasi," kata Erfinal saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (30/11).
Baca Juga: Siapakah E-Wallet yang Paling Banyak Dipakai Konsumen
Selain itu, Erfinal bilang Akulaku Finance melakukan penyesuaian formulasi dan modelling credit risk sebagai mitigasi risiko kredit.
Pemain lain di bisnis paylater lain, Kredivo berkomitmen menjaga tingkat NPL. VP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, upaya yang dilakukan oleh Kredivo salah satunya melalui teknologi mumpuni yang mampu menyeleksi calon debitur secara ketat dan akurat.
Indina bilang, Kredivo memiliki sistem manajemen risiko yang didukung oleh teknologi buatan sendiri yang berfungsi menganalisa skor kredit calon pengguna, verifikasi data, serta memprediksi probabilitas kredit macet.
"Inovasi sistem manajemen risiko Kredivo telah mencapai matriks risiko yang setara dengan mid-tier bank konvensional," kata Indina saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (30/11).
Indina menuturkan, Kredivo mencatat rata-rata kredit macet di bawah angka 5% setiap tahunnya. Lebih lanjut, Kredivo juga optimis rasio NPL Kredivo dapat terus dipertahankan pada level yang dapat ditoleransi meski terdapat potensi kenaikan NPL di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
"Hingga akhir tahun 2022, Kredivo optimis dapat mencatatkan pertumbuhan hingga 2 kali lipat dari tahun lalu," ujarnya.
Jumlah pinjaman Kredivo naik lebih dari 100% dibandingkan realisasi 2020. Indina menjelaskan, hal ini seiring peningkatan jumlah pengguna aktif yang tumbuh rata-rata sebesar double digit secara tahunan (yoy).
Kredivo juga menargetkan dapat melayani puluhan juta pengguna di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut, Kredivo telah menyiapkan berbagai strategi penetrasi pasar, seperti memperluas layanan ke kota tier 2 dan 3, memperdalam integrasi dengan merchant online, dan memperdalam penetrasi secara offline dengan merchant ritel.
Baca Juga: Nilai Transaksi Bulanan Uang Elektronik Tembus Rp 35,1 Triliun
Adapun, MauCash memiliki portofolio 2%-3% paylater dari total penyaluran total dana yang disalurkan setiap bulannya dengan nominal di bawah Rp 5 miliar. Chief Marketing Officer Maucash Indra Suryawanndra Suryawan mengatakan, paylater tidak menjadi fokus utama Indodana, oleh karena itu nominalnya sangat kecil.
Indra bilang, saat ini NPL di MauCash sesuai rata-rata di bisnis paylater. "Ada kenaikan NPL, tetapi tidak berpengaruh besar terhadap portofolio di perusahaan," tambah Indra saat dihubungi Kontan, Rabu (20/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News