kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Bisnis Trade Finance Perbankan Masih Stabil di Tengah Ketidakpastian Tarif


Minggu, 14 Desember 2025 / 14:23 WIB
Bisnis Trade Finance Perbankan Masih Stabil di Tengah Ketidakpastian Tarif
ILUSTRASI. Forum bisnis BNI bersama KJRI New York (Dok/BNI)


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejak mencuatnya ketidakpastian tarif global, pelaku usaha ekspor-impor mengalami berbagai gejolak baru. Namun, rupanya itu tak banyak memengaruhi kemampuan bayar kredit perbankan mereka. 

Sudah hampir sembilan bulan lamanya sejak aturan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) pertama kali diumumkan Presiden Donald Trump. Hingga kini, berbagai negara masih mengupayakan negosiasi demi mendapat tarif lebih rendah, termasuk Indonesia. 

Di tengah ketidakpastian ini, Country Head Global Trade Solutions HSBC Indonesia Delia Melissa mengungkapkan pelaku usaha ekspor, terkhususnya ke AS, menerima pembayaran lebih lama karena adanya biaya tambahan dan proses perhitungan yang tak seperti biasanya. 

Alhasil, siklus modal kerja para pelaku usaha menjadi lebih panjang dan memunculkan permintaan perpanjangan fasilitas pinjaman. Delia menyebut ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi di tengah ketidakpastian tarif. 

Meski begitu, ia bilang itu tak serta-merta membebani bisnis trade finance HSBC Indonesia. “Sejauh ini kami melihat rata-rata nasabah kami prudent. Juga kami banyak membantu nasabah impor, jadi tidak banyak perubahan (tren pembiayaan) sejak tarif berlaku,” ungkap Delia belum lama ini. 

Baca Juga: Trade Finance Perbankan Tumbuh Positif Seiring Kinerja Ekspor yang Meningkat

Head of Global Transaction Services Bank DBS Indonesia Dandy Pandi juga mengatakan hal serupa. Hingga November 2025, rata-rata nilai aset trade finance DBS Indonesia tercatat di atas Rp 9 triliun. Meski tak dirincikan, Dandy bilang capaian ini mencerminkan pertumbuhan yang stabil dan kuat dari tahun lalu. 

“Capaian ini menunjukkan peran strategis Bank DBS Indonesia dalam mendukung aktivitas perdagangan lintas sektor, sekaligus memperkuat posisi kami sebagai mitra perbankan utama dalam pembiayaan perdagangan yang berkelanjutan dan terintegrasi,” kata Dandy. 

Pun, ia mengaku kualitas kredit trade finance bank tak terdampak secara signifikan dari ketidakpastian tarif sejauh ini, seiring fokus bank dalam mendukung sektor-sektor strategis yang memiliki kontribusi signifikan terhadap rantai pasok domestik maupun ekspor-impor nasional. 

Lebih lanjut, Dandy menjelaskan bahwa pada dasarnya trade finance yang dijalankan bank sejalan dengan komitmen penguatan ketahanan pangan, mendorong industrialisasi, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional melalui solusi keuangan terintegrasi. 

Ke depannya, bank melihat prospek positif pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal menjadi katalis positif bagi pertumbuhan bisnis trade finance bank. “Peningkatan aktivitas perdagangan, pemulihan rantai pasok, serta peningkatan permintaan dari sektor-sektor komoditas strategis akan menjadi pendorong utama,” imbuh Dandy. 

Sementara itu, Direktur Enterprise Banking & Financial Institution Bank Danamon Indonesia Thomas Sudarma tak menampik ketidakpastian tarif membawa dampak tertentu bagi perekonomian Indonesia. Namun, Bank Danamon optimistis prospek jangka panjang ekonomi nasional terus menunjukkan resiliensi. 

Per 30 September 2025, Danamon mencatatkan pertumbuhan total kredit termasuk trade finance konsolidasian sebesar Rp 196,2 triliun, tumbuh 5% secara tahunan (year-on-year/YoY). 

Dari sisi kualitas kredit, rasio cakupan NPL bank mencapai 274,9%, meningkat 260 basis poin dibanding periode yang sama tahun lalu. Pun, NPL bruto ada di level 1,8%, turun 20 basis poin dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Baca Juga: Bisnis Trade Finance Bank DBS Indonesia Tumbuh 12% per Mei 2025

Di tengah ketidakpastian tarif, Danamon tetap memandang prospektif bisnis trade finance. Itu diperkuat dengan penggunaan teknologi digital melalui Danamon Cash Connect (DCC) serta Danamon Trade Connect.

Di sisi lain, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn menyebut layanan trade finance BCA juga terus dimanfaatkan oleh nasabah untuk mendukung aktivitas perdagangan internasional dan domestik.

Dalam menjaga pertumbuhannya, BCA menghadirkan sejumlah produk dan layanan, antara lain, Letter of Credit (LC), Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), documentary collection, serta bank guarantee. 

“Seluruh layanan tersebut telah terintegrasi secara digital melalui aplikasi Client Trade, yang memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi secara aman dan efisien,” jelas Hera.

BCA menargetkan pertumbuhan bisnis trade finance yang sehat dan berkelanjutan pada tahun 2025. Hera turut memastikan hal itu diiringi dengan prinsip kehati-hatian dan profil risiko masing-masing sektor.

Baca Juga: BSI Gandeng Bank Islam Brunei Perkuat Transaksi antar Bank Syariah pada Trade Finance

Selanjutnya: Kapan UMP 2026 Diumumkan? Ini Kata Wamenaker

Menarik Dibaca: 6 Cara Menjaga Kesehatan ketika Musim Hujan dan Banjir, Terapkan ya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×