kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BKF Kemenkeu Dorong Indikator Ini Untuk Pengembangan Industri Asuransi


Minggu, 15 Oktober 2023 / 21:53 WIB
BKF Kemenkeu Dorong Indikator Ini Untuk Pengembangan Industri Asuransi
Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Adi Budiarso (kiri) bersama Ketua Umum AAUI Budi Herawan di Nusa Dua, Bali, Kamis (12/10/2023).


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK), Badan Keuangan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Adi Budiarso menyampaikan ada tiga indikator yang menjadi fokus utama untuk perkembangan industri keuangan khususnya sektor asuransi.

Adi menyebutkan ketiga indikator tersebut di antaranya literasi dan inklusi, pendalaman serta stabilitas. Terkait literasi dan inklusi menarik di industri asuransi.

“Inklusinya lebih tinggi dari literasi namun keduanya masih di bawah 50%, artinya kita ingin inklusi dengan literasi yang kuat dan meningkat. Ada beberapa inisiatif yang ingin kita dorong untuk melakukan inklusi yang berkualitas,” ujarnya di Nusa Dua, Bali, Kamis (12/10).

Adi melanjutkan, kedua terkait pendalaman, di mana angka kapitalisasi dari premi dari aset asuransi umum maupun jiwa termasuk juga BPJS, totalnya hanya di bawah 6% dari produk domestik bruto (GDP).

Baca Juga: Begini Upaya Perbankan Syariah Perluas Inklusi Keuangan Syariah

“Sementara Malaysia sudah 60% untuk dana pensiun dan 20% untuk asuransi. 20% itu artinya Indonesia masih punya peluang tiga sampai empat kali lipat untuk pendalaman ke depan,” terangnya.

Adi menuturkan, itu semua membutuhkan transformasi dengan literasi, profesi dalam hal ini aktuaris yang masih sangat dibutuhkan banyak bagi industri asuransi.

“Aktuaris kita butuh banyak dan itu harus kita dorong masyarakat kita untuk mau belajar karena peluangnya luar biasa. Selama ini kita sudah 30 tahun masih di bawah 6%,” tuturnya.

Di lokasi sama, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan menyampaikan bahwa saat ini pihaknya memiliki tugas untuk menjaga capital flight dari reasuransi tidak tumbuh, di mana semestinya retensi bisa tumbuh sehingga ekonomi bisa bergerak secara keseluruhan.

“Kalau semuanya kita lempar menjadi capital flight percuma, gross premi kita tahun lalu ada di 90% sampai 80%, tapi 65% ini keluar yang dinikmati di lokal sedikit,” tegasnya.

Baca Juga: Perbankan Kebut Penyaluran KUR Agar Target Tahun Ini Segera Tercapai

Budi bilang, ini menjadi tugas bagi pihaknya untuk melakukan perbaikan kapasitas di dalam negeri. Menurutnya, saat ini ada beberapa perusahaan reasuransi yang dalam penyehatan oleh regulator.

“OJK bersusah payah untuk menyehatkan, mudah-mudahan di tahun ini ada dua perusahaan reasuransi bisa sehat kembali sehingga kapasitas ini bisa lebih tinggi dan capital flight-nya bisa lebih baik,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×