Reporter: Roy Franedya, Andri Indradie | Editor: Test Test
JAKARTA. Langkah Bank Mandiri yang ingin mengembangkan bisnisnya di luar negeri tidak mempengaruhi Bank BNI. Bank berlogo angka 46 ini cukup puas dengan lima cabang yang ia miliki saat ini.
Sekadar informasi, Bank BNI memiliki cabang di Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, dan London. "Belum ada dalam business plan kita tahun ini untuk menambah kantor cabang di luar negeri," Adi Setianto, Direktur Treasury & International Banking Bank BNI kepada KONTAN, Minggu (25/7).
Selain kelima cabang tersebut, Bank BNI juga memiliki beberapa kantor remitansi (remittance) di Timur Tengah. Ia mengaku, belum ada niat untuk meningkatkan status kantor remittance tersebut menjadi kantor cabang penuh. "Kalau kantor remittance biayanya lebih sedikit, tidak semahal kantor cabang," jelas Adi.
Untuk membuka kantor cabang, Bank BNI harus membeli gedung yang menjadi alamat permanen. BNI juga harus menyiapkan dana lebih banyak untuk menggaji sumber daya manusia yang lebih mahal. "Kalau kantor remittance, biasanya kami menggandeng perusahaan remittance lainn seperti Western Union," tuturnya.
Akhir tahun lalu, Direktur Treasury & International Banking BNI Bien Soebiantoro mengungkapkan, Bank BNI berminat membuka cabang baru di luar negeri, salah satunya di Korea Selatan. Namun, sampai saat ini Bank BNI belum menerima izin untuk membuka cabang di Negeri Ginseng tersebut.
Boleh dibilang, pengalaman BNI ini mirip dengan pengalaman Bank Mandiri yang kesulitan meningkatkan status kantor perwakilan di Shanghai, China menjadi kantor cabang. Bank Mandiri juga ingin meningkatkan enam kantor remittance di Malaysia menjadi kantor cabang.
Tetapi, Bank Negara alias bank sentral Malaysia, justru memberi izin bagi Bank Mandiri membentuk anak perusahaan (subsidiary). Padahal, modal awal pembentukan anak perusahaan mencapai Rp 2 triliun. "Kendala seperti yang dihadapi Mandiri itu karena setiap negara punya kebijakan sendiri-sendiri," imbuh Adi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News