Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank SeaBank Indonesia berhasil menumbuhkan modal intinya mencapai Rp 6 triliun per Oktober 2025. Dengan begitu, bank bakal tak banyak terpengaruh oleh kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghapus kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) kategori 1.
Hal itu disampaikan Wakil Direktur Utama SeaBank Indonesia, Junedy Liu. Ia menyebut, ketercapaian modal inti minimum untuk masuk ke KBMI 2 ini merupakan upaya organik bank.
“Per Oktober tahun ini, bulan lalu, SeaBank bank modal intinya sudah mencapai Rp 6 triliun. Kami sudah resmi menjadi KBMI 2 per saat ini. Jadi, (kebijakan OJK) tidak terlalu berpengaruh terhadap kami,” ungkap Junedy saat ditemui Kontan di Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Secara rinci, ia menjelaskan bahwa penambahan modal inti didapat dari injeksi yang bersumber dari return earning. “Jadi pertumbuhan organik. Karena kami ada profit, kami suntik ke kapital. Bukan karena injeksi dari pemegang saham,” jelas Junedy.
Baca Juga: Oona Insurance (ABDA) Catat Kenaikan 400% Pembelian Asuransi Perjalanan
Dengan kemampuan bank meningkatkan modal intinya ini, Junedy bilang SeaBank ingin membuktikan bahwa bank digital, termasuk secara model bisnis, adalah entitas yang berkelanjutan. Terbukti dari kemampuannya menghasilkan profit hingga akhirnya berhasil naik kelas ke KBMI 2.
Setelah mengamankan diri di KBMI 2, Junedy mengaku pihaknya terbuka untuk mendukung upaya regulator dalam membenahi industri melalui konsolidasi perbankan di Indonesia. Namun, ia memilih tak menjelaskan lebih lanjut soal potensi konsolidasi SeaBank.
“Yang pasti kami support, karena ini kan masalah konsolidasi perbankan di Indonesia. Kami support upaya dari regulator untuk konsolidasi tersebut,” katanya.
Untuk diketahui, posisi total aset SeaBank mencapai Rp 39,6 triliun per kuartal III-2025, naik 20% secara tahunan (year-on-year/YoY). Kenaikan aset ini utamanya berasal dari optimalisasi penyaluran kredit untuk joint financing, channeling dengan P2P lending, serta direct lending.
Yang mana, kredit bank tercatat sebesar Rp 28,6 triliun, tumbuh 45% YoY, dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) terjaga di level 1,9%.
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 30,5 triliun atau naik 20% YoY, didorong oleh pertumbuhan giro korporasi dan tabungan ritel, yang berdampak pada kenaikan rasio CASA menjadi 68% dari 65% pada periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan pertumbuhan bisnis, SeaBank berhasil membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 408,5 miliar, naik 40% YoY. Peningkatan laba ini juga didukung oleh efisiensi operasional bank, terlihat dari rasio CIR yang membaik menjadi 21,5% dari 25,8%.
Baca Juga: Strategi Jamkrida Kaltim Jaga Kinerja Bisnis
Selanjutnya: Oona Insurance (ABDA) Catat Kenaikan 400% Pembelian Asuransi Perjalanan
Menarik Dibaca: Hubungan Indonesia–Kuba Genap 65 Tahun, Ini Pelajaran Budaya yang Bisa Diambil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













