Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit korporasi masih menjadi andalan perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit. Salah satunya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang menyatakan mayoritas pertumbuhan kredit di kuartal III 2019 ditopang oleh pembiayaan pada segmen korporasi.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menjelaskan sampai dengan Kuartal III 2019 lalu kredit korporasi sudah tumbuh 18,1% secara year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 291,7 triliun.
Baca Juga: Sempat tertunda dua tahun, Iskandar Waterfront Holdings hidupkan lagi rencana IPO
Adapun, dari jumlah kredit tersebut mayoritas terdistribusi ke segmen korporasi swasta sebesar Rp 181,1 triliun. Sedangkan untuk kredit kepada perusahaan pelat merah alias badan usaha milik negara (BUMN) senilai Rp 110,7 triliun.
Pun, dari sisi kualitas kredit atau non performing loan (NPL) untuk kredit korporasi tercatat membaik atau lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018 sebesar 1,5% menjadi 1,1% di kuartal III 2019. "Mayoritas NPL didominasi oleh sektor jasa dunia usaha dan manufaktur," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/12).
Lebih lanjut, bank berlogo 46 ini menambahkan sampai dengan tahun depan, segmen korporasi masih akan menjadi andalan perseroan. "Komposisinya masih akan terjaga di 50%-53% dari total kredit," terang Herry.
Baca Juga: Peringati Hari Ikan Nasional, BRI luncurkan Kartu Nelayan Jawa Tengah
Hal ini menurutnya sejalan dengan upaya pemerintah yang terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global.
Sebagai tambahan informasi saja, Bank Indonesia (BI) dalam analisis uang beredarnya mengatakan total penyaluran kredit perbankan di bulan Oktober 2019 terpantau melambat dengan pertumbuhan hanya sebesar 6,6% secara yoy menjadi Rp 5.531,4 triliun.
Realisasi tersebut lebih lambat dibandingkan dengan pencapaian pada periode bulan sebelumnya yang naik 8% yoy. Penyaluran kredit tersebut juga merupakan yang terendah selama 5 tahun terakhir.
Jika dirinci, penyebab perlambatan kredit tersebut tak lain disebabkan oleh melandainya penyaluran kredit kepada debitur korporasi. Tercatat kredit korporasi hanya naik 6,1% secara yoy menjadi Rp 2.759,6 triliun di bulan Oktober 2019. Melambat dari bulan sebelumnya yang meningkat 8,1%.
Dalam konferensi pers rapat dewan gubernur (21/11) lalu Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan permintaan kredit dari sisi korporasi masih belum kuat. Padahal, dari sisi penawaran bank sudah cukup kondusif, tercermin dari kondisi likuiditas yang cukup, suku bunga yang menurun, dan lending standard perbankan yang mengendor.
Baca Juga: Catat! Ini promosi kartu kredit CIMB Niaga dan Bank Mandiri di akhir tahun
Perry pun membeberkan hasil survei BI. Menurutnya, keadaan ini masih akan berlangsung hingga tahun 2020. Hal ini dengan melihat masih banyaknya korporasi yang belum merencanakan untuk berinvestasi dan masih fokus untuk mengkonsolidasi mengenai kondisi keuangan Indonesia.
"Yang masih ragu-ragu sebanyak 53%, sementara yang sudah merencanakan untuk investasi baru sekitar 47%," kata Perry kala itu. Di sisi lain, selama ini sebanyak 80% dari kebutuhan pendanaan korporasi masih berasal dari modal sendiri, return, dan dari laba yang ditahan.
Meski begitu, BI melihat bahwa kondisi ekonomi ke depan akan membaik sehingga ini akan memperkuat prospek ekonomi dan minat korporasi.
BI pun akan berusaha untuk terus memberi sinyal dengan kebijakan yang akomodatif untuk menurunkan suku bunga, mengendorkan kembali likuiditas, dan mengendorkan kebijakan makroprudensial.
Baca Juga: Bank Mantap bakal bentuk unit usaha syariah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News