Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. BNI Syariah merevisi target pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) dari 30% menjadi hanya 20% sampai akhir tahun ini. Aturan loan to value (LTV) masih menjadi salah satu faktor terkuat yang mendorong revisi target KPR BNI Syariah.
"Hingga Mei, total outstanding KPR kami mencapai Rp 5,6 triliun. Sampai akhir tahun, mungkin akan mencapai Rp 5,9 triliun," tutur Imam T. Saptono, Direktur Bisnis BNI Syariah, belum lama ini.
Pada akhir tahun lalu, BNI Syariah membukukan total KPR sebesar Rp 4,9 triliun. KPR BNI Syariah didominasi oleh landed house dengan rata-rata harga rumah Rp 300-400 juta. Imam bilang, dari rata-rata plafon KPR itu hanya tumbuh 12% hingga Mei lalu.
"Secara total, kami melayani KPR mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 5 miliar," ungkap Imam.
Sebelumnya, anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) ini, menargetkan pertumbuhan KPR hingga 30% atau bertambah Rp 1,8 triliun. Saat itu, Imam bilang, karena BNI Syariah melihat segmen rumah pertama masih prospektif. "Apalagi, backlog penyediaan rumah per tahun masih 500 ribu unit," jelas Imam.
Meski pertumbuhan KPR tidak akan sesuai harapan, BNI Syariah yakin pertumbuhan bisnisnya secara total masih berada di atas rata-rata industri bank syariah nasional. Hingga akhir tahun ini, BNI Syariah mematok target bisnis 30%.
Target tersebut tidak lepas dari pencapaian BNI Syariah dalam empat tahun menjalankan bisnisnya sebagai bank umum syariah (BUS). "Dalam periode itu, rata-rata pertumbuhan kami sebesar 50%. Jadi, tahun ini masih optimis bisa tumbuh di atas industri yang berkisar 16%-17%," kata Dinno Indiano, Direktur Utama BNI Syariah.
Dinno juga mengatakan, harapan terhadap target itu pun tak lepas dari pencapaian bisnis hingga Mei lalu. Dinno bilang, secara year on year pertumbuhan aset sudah tumbuh 35% jadi Rp 16,86 triliun, pembiayaan naik 41,7% jadi Rp 12,9 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) naik 34,8%j adi Rp 14,66 triliun.
Sementara, Imam merinci, target aset akhir tahun bisa mencapai Rp 19 triliun, pembiayaan Rp 14,5 triliun, DPK Rp 16,8 triliun, dan laba Rp 130 miliar. Imam menambahkan, BNI Syariah tetap mengandalkan pendapatan terbanyak pembiayaan.
"Terutama didorong KPR, ritel produktif, mikro, dan komersial," ucap Imam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News